Solo Traveling Ternate - Pemandangan Danau Tolire Besar

Solo Traveling Ternate & Tidore, Pulau Seribu Benteng Dengan Pemandangan 4 in 1: Gunung, Laut, Danau, Benteng

Minggu 28 November 2021, pagi itu langit mendung meski ngga hujan. Tapi keinginan untuk mencoba melihat sunrise di pantai Ternate tetap ada. Ya kalau ga dapet berarti jalan-jalan pagi aja di landmark Ternate & pantai Falajawa. Sunrise di Ternate harusnya sekitar jam 06:20, sejak pagi2 saya sudah di landmark Ternate jalan2 pagi disana sambil main PokemonGo karena ada beberapa gym disana. Akhirnya waktu sunrise tiba, tapi ya karena emang mendung, sunsetnya ga dapet yang wah, dapet seadanya saja, atau bisa dibilang gagal 😀 .

Sunrise Ternate

Setelah selesai menikmati suasana pagi hari di landmark Ternate & pantai Falajawa saatnya untuk cari sarapan. Tempat makan yang saya tuju adalah RM Al-Hikmah yang konon katanya tempat makan nasi kuning yang tersohor disini. Menu yang saya pesan adalah Nasi Kuning Ikan. Makanan nasi kuning yang disajikan dengan toping potongan ikan tongkol bumbu khas, mie kuning, kering kentang tipis2, dan acar mentimun. Kurang lengkap kalau makan nasi kuning tanpa kerupuk. Saya mengambil kerupuk bawang yang dijual terpisah dan diletakkan di meja makan untuk melengkapi sajian ini. Untuk rasa nasi kuning nya menurut saya lumayan enak & bumbu rempahnya cukup kuat. Tongkolnya empuk. 1 porsi nasi kuning ikan + kerupuk dihargai 28 ribu. Kalo dibandingkan dengan dulu waktu makan nasi kuning Manado di RM Saroja Manado yang harganya mirip2 sih menurut saya masih menang nasi kuning Manado 😀 .  

Sarapan Nasi Kuning di RM Al-Hikmah

Selesai sarapan saya kembali ke penginapan untuk mandi dulu & persiapan melanjutkan perjalanan Solo Traveling Ternate. Tujuan berikutnya adalah Batu Angus. Batu Angus merupakan sebuah wilayah yang mempunyai kontur unik bebatuan bekas hasil letusan lahar Gunung Gamalama. Lahar-lahar yang mengalir dari puncak Gunung di masa lampau, kini mengering dan menjadi bebatuan besar yang tersebar hingga ke tepian tebing pesisir lautan. Batu Angus merupakan salah satu bukti nyata kedahsyatan letusan gunung Gamalama yang terjadi pada tahun 1673 dan menyebabkan bencana yang luar biasa pada waktu itu. Pemandangan yang didapat dari sini adalah bisa melihat puncak Gamalama, kebetulan pas saya kesitu sempat kebagian puncak Gamalama yang tanpa tertutup kabut selama beberapa menit. Sementara pemandangan di sisi lain adalah birunya lautan lepas dengan pulau Halmahera juga kelihatan dari sini. HTM masuk ke kawasan geowisata ini adalah seiklasnya saja yang dibayar ke bapak2 penjaga pos sebelum masuk kawasan. 

Kawasan Geo Wisata Batu Angus

Puas menikmati pemandangan Batu Angus, melanjutkan perjalanan Solo Traveling Ternate, saya kembali memacu motor menuju pantai Sulamadaha yang berjarak sekitar 15 menit perjalanan dari Batu Angus. Untuk masuk kawasan pantai Sulamadaha harga tiket yang perlu dibayar adalah 6 ribu saja. Pantai Sulamadaha sendiri dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama adalah pantai dengan pasir hitam dengan ombak yang tenang yang dekat dengan pintu masuk kawasan. Disini juga disediakan fasilitas tempat nongkrong kursi-kursi menghadap pantai dan beberapa warung. Di tepian pantai bisa juga menikmati pemandangan pulau Hiri yang ada di seberang pantai.

Pantai Sulamadaha dengan pasir Hitamnya

Sementara untuk bagian kedua adalah Hol Sulamadaha. Sebuah pantai tersembunyi yang berada di sebuah teluk kecil. Untuk kesini jika menggunakan motor masih bisa masuk dengan melewati jalan kecil disamping tebing batu pinggir pantai. Sementara jika menggunakan mobil maka anda harus jalan kaki sekitar 250 meter untuk menuju kesana. Untuk masuk kesini hanya dikenakan tambahan biaya parkir motor 5000 saja. Di hol ini suasananya cukup sepi padahal hari minggu, apalagi kalau hari biasa mungkin akan lebih mantap lagi. Di Hol Sulamadaha ini yang bisa dinikmati adalah melihat air yang bening sampai cukup terlihat dasarnya, serta airnya sangat tenang, membentu kradasi warna hijau tosca, biru. Hijaunya pepohonan, gagahnya tebing batu karang menambah suasana indah disini. Disini juga tersedia warung makan, tempat penyewaan alat-alat snorkling & perahu. Bagi yang hobi snorkling tempat ini cocok dijadikan tujuan karena airnya yang jernih & tempatnya yang nyaman juga tidak terlalu ramai. Karena saya tidak bisa berenang jadi tidak berani untuk snorkling ditambah cuma bawa uang pas-pasan 😀 jadinya ya cukup menikmati pemandangan alam serta berendam sebentar di Hol Sulamadaha sudah jauh lebih dari cukup untuk menghilangkan penat kesibukan di ibukota. Sekedar saran untuk yang kesini berenang atau snorkling enaknya sih pagi hari saat belum terlalu panas, tapi untuk yang hunting foto baiknya datang siang hari saat matahari sudah bersinar sempurna, karena kalo masih pagi kejernihan air tidak sesempurna terlihat saat ketika matahari benar2 pas menyinari dengan sempurna.

Hol Sulamadaha

Selesai dari pantai Sulamadaha lanjut ke tujuan Solo Traveling Ternate berikutnya. Tempat yang dituju adalah Pantai Jikolomamo, yang bisa ditempuh kurang lebih 15 menit dari Sulamadaha. HTM ke pantai Jikolomamo cukup bayar 5000 saja sebagai ganti biaya parkir motor. Letak pantai ini adalah di ujung sebelah utara & barat pulau Ternate. Pantai ini posisinya berada di teluk kecil yang membuat ombaknya juga tenang. Keindahan utama pantai ini tentu saja karena airnya yang sangat jernih, bahkan dasar laut nya yang berupa bebatuan & pasir terlihat jelas saat matahari dengan sempurna menyinarinya. Menikmati pemandangan indah warna biru transparan jernihnya air laut yang menutupi dasara laut bebatuan dan pasir di tambah pemandangan pulau hiri di seberang membuat mata ini tidak bosan untuk terus menikmatinya & ambil foto suasana pantai. Sayangnya saya kesini pas hari minggu dimana suasana ramai, jadi berendam cuma sebentar saja karena malas berkerumunan banyak orang dan lebih banyak menghabiskan waktu santai duduk2 menikmati indahnya pemandangan pantai dan jernihnya air laut disini serta pulau2 yang ada di sekitarnya. Bagi yang bisa snorkling tempat ini sangat cocok lah untuk dijadikan wisata snorkling karena airnya yang jernih dan dasar lautannya yang masih cukup bersih. Disini juga ada tempat sewat speedboat jika mau naik speedboat. Kurang lebih satu seperempat jam saya bersantai menikmati pemandangan disini sambil tidak bosan untuk ambil foto pemandangan sekitar yang membuat rasa penat hilang.

Foto Pantai Jikolomamo

Video suasana Pantai Jikolomamo

Puas menikmati pantai Jikolomamo saatnya lanjut ke tujuan Solo Traveling Ternate berikutnya yaitu Danau Tolire Besar. Namun sebelum sampai sana sejenak saya mampir ke Danau Tolire Kecil yang jaraknya tak jauh dari Tolire Besar. Danau Tolire kecil sendiri berada di pinggir pantai, dengan hanya dipisahkan beberapa meter pasir hitam antara danau dan pantai. Tapi pemandangan disini tentu tidak seepik danau Ngade, karena danaunya hanya kecil saja. Di sekitaran danau anda bisa bermain pasir atau menikmati meletakkan kaki di ombak lautan lepas yang ada di seberang danau. Disini juga terdapat beberapa gazebo dan warung2 jika ingin sambil nongkrong dan makan2.

Danau Tolire Kecil

Sebentar saja di danau Tolire Kecil saya melanjutkan perjalanan Solo Traveling Ternate ke Danau Tolire Besar yang tak jauh dari situ. Sekilas tentang Danau Tolire Besar, danau ini terbentuk akibat aktivitas vulkanik Gunung Gamalama. Awalnya terjadi gempa tektonik pada 5 September 1775 yang kemudian memicu erupsi besar Gunung Gamalama yang terjadi pada 7 September 1775. Erupsi itu menenggelamkan sebuah kampung bernama Solea Takomi, dan terbentuklah Danau Tolire yang menjadi lubang raksasa di tubuh Gamalama. Jadi Tolire adalah danau kawah. Danau Tolire Besar ini luas permukaannya sekitar 5 ha, dan dalamnya dari tepi tebing hingga permukaan air danau 50 m, untuk kedalaman danaunya sendiri belum pernah ada yang berhasil mengkurnya. Sementara kalau menurut segi mistis atau legenda, danau ini terbentuk karena sebuah kisah pilu. Danau ini dulunya adalah kampung, namun karena ada salah satu warga bapak dan anak yang melakukan hubungan sedarah sampai bapak itu menghamili anaknya makanya dikutuklah kampung ini menjadi Danau Tolire Besar dan warga2 disini yang ikut menjadi korban dari kutukan itu berubah menjadi siluman buaya putih yang menghuni danau. Sementara sang anak sempat mencoba melarikan diri ke pantai, namun belum sampai jauh kutukan sudah mengenai dirinya, sehingga jadilah Danaau Tolire Kecil yang dipercaya sebagai tempat akhir pelarian sang anak sebelum kena kutuk. Hal unik lainnya adalah jika kita melempar batu ke danau ini, batu tersebut tidak akan pernah sampai tenggelam atau bahkan mendekat danau. Walaupun sudah melempar sekuat tenaga dan sejauh mungkin, jangan harap batunya jatuh ke air apalagi sampai ke tengah danau. Saya sih sudah mencobanya dan memang hasilnya seperti itu 😀 . HTM ke obyek wisata ini 6000 saja, sementara fasilitas yang ada disini ada beberapa warung makan, dan tempat istirahat yang bisa dipakai jika anda membeli dari warung2 sekitar. Sama satu lagi, anda harus hati2 ya saat berada di pinggir danau, karena tidak ada pengaman sama sekali, dan ada beberapa batuan yang bisa menyandung kaki, jika kurang hati2 bisa bahaya jatuh kebawah.

Danau Tolire Besar

Setelah puas menikmati keindahan danau Tolire Besar saya melanjutkan perjalanan Solo Traveling Ternate ke Benteng Kastela. Saat perjalanan hujan lumayan deras sempat mengguyur. Untungnya saya bawa mantel jadi ga kebasahan, dan ketika sampai benteng kondisi hujan sudah reda. Benteng Kastela terletak di bagian sebelah barat & selatan pulau Ternate ini memiliki lahan seluas 2.724 meter persegi dengan bentuk segi empat dan tersusun dari batu gunung dan kapur.  Benteng ini dibangun oleh orang Portugis Antonio de Brito dan baru bisa diselesaikan pada tahun 1540 oleh Jorge de Castro. Pada tahun 1570 sempat terjadi pembunuhan Sultan Ternate oleh Portugis di benteng ini yang memicu kemarahan & perlawanan rakyat Ternate sampai akhirnya pada tahun 1575 Sultan Babullah berhasil mengusir Portugis dari Ternate. Sempat diduduki bangsa Spanyol, pada tahun 1660 lalu benteng ini dihancurkan dan yang tersisa kini cuma sisa puing2nya saja. Untuk penjelasan lebih detail bisa dilihat di salah satu foto pada gallery. Tak jauh dari benteng ada pantai Kastela yang merupakan spot foto sunset. Namun karena masih siang jadi saya ga mampir dulu kesana dan lanjut ke tujuan berikutnya.

Benteng Kastela

Setelah dari Benteng Kastela tujuan Solo Traveling Ternate berikutnya adalah kembali ke kota yaitu ke Benteng Fort Oranje. Namun di tengah perjalanan saya mampir dulu ke Kebon Cengkeh Gambesi yang lokasinya tak jauh dari Universitas Khairun. Kebun cengkeh yang tak begitu lebar ini cukup menarik perhatian. Dengan dikelilingi rumput hijau disekitarnya cukup enak sepertinya untuk di foto. Namun sepertinya saya kesini di waktu yang kurang tepat, karena saat itu kebun cengkehnya sedang tandus tidak ada daun2nya, mungkin memang belum musimnya ya. Jadi hanya mampir bentar saja untuk foto-foto karena memang tempatnya sendiri sedang tidak buka. Salah satu spot yang cukup menarik adalah rumah tua yang ada di tengah-tengah kebun.

Kebun Cengkeh Gambosi

Selesai dari kebun cengkeh saya melanjutkan perjalanan pulang tapi lagi-lagi ditengah jalan hujan deras mengguyur. Karena sudah malas bawa motor sambil hujan akhirnya saya cari warung untuk berhenti istirahat & makan siang yang terlambat. Cari warung seadanya saja ga lagi cari yang khas karena memang sudah lapar & kedinginan karena hujan. Terlihat di pinggir jalan sekitaran daerah Jalan Yos Sudarso ada warung yang ramai, RM Pak RT cabang Pelabuhan akhirnya saya memilih makan disini saja. Menu yang dipilih adalah ayam bakar yang bisa memilih sendiri mana potongan ayam yang dimau. Rasa ayam bakarnya cukup enak, sambal ga terlalu pedas sesuai selera saya yang ga boleh makan terlalu pedas gara2 sakit lambung, dan nasi bisa ambil sepuasnya. Yang terpenting adalah harganya murah, 1 porsi 14 ribu saja, makanan paling murah selama 2 hari Solo Traveling Ternate 😀 .

RM Pak RT Jl. Yos Sudarso

Perut sudah kenyang & hujan sudah reda saatnya kembali melanjutkan perjalanan Solo Traveling Ternate ke tujuan berikutnya yaitu Benteng Ford Oranje. Sekilas tentang benteng ini, Benteng Fort Oranje berdiri di jalan Boe Irie, Kecamatan Ternate Tengah, kota ternate dan berdiri di lahan seluas 12.680 meter persegi, berbentuk trapesium serta memiliki 4 buah bastiong pada setiap sudutnya. Pada tahun 1607 Laksamana VOC Cornelis matelieff de Jonge berhasil membantu Sultan Ternate untuk mengusir bangsa Spanyol sehingga diijinkan untuk membangun benteng disini yang merupakan bekas Benteng Maleyo dulu. Benteng ini selesai dibangun pada tahun 1609 dan oleh Paulus van Carden penguasa Belanda saat itu di Maluku dirubah namanya menjadi Fort Oranje. Penjelasan lebih lengkap bisa dilihat di salah satu foto pada galery. Untuk HTM ke benteng ini gratis. Sayangnya benteng ini kurang begitu terawat ya, cukup kumuh di beberapa lokasi dengan beberapa sampah terlihat. Padahal ini adalah salah satu peninggalan sejarah yang sebaiknya dirawat & bisa menjadi tempat wisata yang bagus & nyaman.

Benteng Fort Oranje

Selesai dari fort oranje saya balik ke penginapan, sambil mampir dulu ke Alfamart buat beli minum dan cemilan. Hujan deras kembali mengguyur saat perjalanan pulang dari Fort Oranje ke penginapan, untungnya jarak sudah dekat jadi ga terlalu lama kehujanan. Ya karena posisi Ternate yang dekat gunung serta pantai + emang lagi musimnya kali ya, emang cuaca disini sering tidak menentu sih, kadang bisa panas banget sampe kulit item, tapi tiba2 bisa langsung hujan.  Sambil istirahat di penginapan nyemil dulu kacang atom Zico buatan Tomohon Sulawesi Utara. Cemilan yang kalau di kampung saya di Jatim disebut “canggai” ini memang favorit sejak dari masih kecil sih 😀 .

Solo Traveling Ternate - Cemilan di hotel
Nyemil Canggai

Sore hari sebenarnya saya berniat kembali ke pantai Kastela untuk lihat sunset, tapi apa daya hujan deras mengguyur kota Ternate sehingga saya ya meneruskan istirahat saja di hotel sambil menunggu hujan reda. Hujan baru reda sekitar jam 7:30 malam dan saya keluar jalan2 menikmati malam hari di kota sambil cari warung untuk cari pengganjal perut saja di malam hari karena sudah terlalu malam dan tadi sudah nyemil nanggung kalo makan besar lagi. Akhirnya setelah muter2 lumayan lama saya memilih berhenti di Jalan Tapak, pinggir pantai sebelum pasar Higenis yang sebenarnya lokasinya tidak jauh dari penginapan. Disini terdapat banyak penjual makanan cemilan Khas ternate, yaitu Pisang Mulu Bebe & Air Guraka. Air Guraka adalah minuman khas Maluku Utara yang terbuat dari gula aren, jahe dan kenari. Cara membuatnya, jahe parut dan gula aren direbus terlebih dahulu dengan air hingga mendidih. Kemudian disaring sebelum disajikan, agar racikan jahe dan gula tadi menyatu. Sedangkan kenari, ditambahkan setelah air guraka siap disajikan sebagai pelengkap. Sementara Pisang Mulu Bebe merupakan pisang khas Maluku Utara. Dinamakan mulu bebek karena bentuk buahnya unik, melengkung menyerupai mulut bebek. Cara penyajiannya adalah pilih pisang yang masih hijau. Setelah dikupas, pisang mentah ini diiris tipis-tipis dan direndam air garam selama sekitar 10 menit. Setelah itu, goreng pisang sampai garing. Ada pula sambal cocol, kacang goreng dan teri goreng sebagai hidangan pelengkap makanan khas ini. Sungguh nikmat rasanya dingin2 menyantap makanan yang anget2 begitu sambil menikmati suasana malam pinggiran pantai kota Ternate. 1 porsi pisang mulu bebe + air guraka harganya 60 ribu, cukup mahal sih, karena makanan khas ya gak kecewa lah meski mahal. Tapi memang porsinya banyak banget sebenarnya cocok untuk buat 2-3 orang, saya juga ga habis makan disitu, sisanya saya bungkus bawa balik untuk dijadikan sarapan besok. Setelah perut sudah cukup terganjal saya kembali ke penginapan untuk istirahat dan melanjutkan perjalanan besok menuju pulau Tidore.

Solo Traveling Ternate - Kuliner Pisang Mulu Bebe & Air Guraka
Pisang Mulu Bebe dan Air Guraka

Perjalanan ke Tidore sebenarnya tidak masuk rencana awal, karena sebenarnya saya hanya berniat ke Ternate saja dan Senin pagi sudah balik ke Jakarta. Namun karena oleh maskapai karena alasan operasional maka jadwal penerbangan yang harusnya hari Senin dipindah hari Selasa esok paginya lagi dan mau cari ganti pesawat hari Senin kemahalan harganya sudah diatas 1.8 juta yang artinya hampir 2x lipat tiket yang saya punya mending uang selisih harga segitu buat perpanjang nginep disini aja sampil nyoba ngerasain nyebrang ke pulau Tidore. Untuk cerita di hari ketiga, lanjut ke halaman berikutnya ya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *