Transit Di Semarang 5 Jam, Bisa Jalan & Kuliner Kemana Saja?

Transit Di Semarang 5 Jam, Bisa Jalan & Kuliner Kemana Saja? – Semarang adalah ibukota provinsi Jawa Tengah. Posisinya cukup strategis, berada di pesisir utara Jawa dan dilewati jalur jalan tol Trans Jawa. Kotanya sendiri sudah sangat ramai, karena Semarang ini merupakan kota metropolitan terbesar ke-5 di Indonesia, setelah Jakarta, Surabaya, Bandung & Medan. Sudah pasti banyak tempat2 wisata serta makanan khas disini yang bisa dinikmati jika mampir ke Semarang. Di akhir tahun ini saya mudik ke kampung halaman yang ada di wilayah selatan kabupaten Malang, Jawa Timur. Rencananya hari Rabu pagi 22 Desember 2021 sekitar pukul 5 pagi mulai jalan, dengan perkiraan waktu tempuh 14-15 jam jalan santai saja, maka sekitar jam 7-8 malam sudah sampai di rumah. Namun karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan jadinya baru bisa berangkat sore hari sekitar jam 3 sore. Karena malas nyetir malam2, akhirnya diputuskan untuk nanti singgah mampir nginep dulu di tengah perjalananm dan dipilihlah kota Semarang. Semarang sendiri posisinya pas di tengah2 perjalanan tol Jakarta-Malang ya, karena posisi keluar tol nya sekitar di KM 420an, sementara jarak tempuh tol Jakarta-Malang ada di sekitaran 850an KM. Setelah perjalanan nyetir santai selama 6,5 jam, akhirnya sekitar jam 21:30 saya tiba di Semarang. Karena sudah capek & lapar tentu saja tujuan utama saat trandsit di Semarang ini, adalah cari makan malam dulu. Pilihan makan malam kali ini adalah di Nasi Goreng Babat Pak Karmin. Posisinya tepat berada di samping Jembatan Mberok, yang juga tak jauh dari kawasan Kota Lama Semarang. Dan ternyata tempat ini posisinya juga di tengah-tengah kota Semarang, karena tak jauh dari seberang warung terdapat titik 0KM kota Semarang.

transit di semarang - titik 0 km semarang
Titik 0 KM Semarang

Kalau menurut info yang saya dapat dari si mbah gugel, Nasi Goreng Babat Pak Karmin ini termasuk kuliner legendaris yang ada di kota Semarang dan menjadi rekomendasi tempat makan saat transit di Semarang. Warung nasi goreng ini sudah berjualan sejak tahun 1971. Yang khas disini tentu saja babat gongso dan nasi goreng babatnya. Penyajian nya sih sederhana seperti nasi goreng pada umumnya, dengan ditambahkan telur dadar di sampingnya. Tapi yang membedakan tentu saja daging2 babat empuk dengan bumbu gurih manis yang bercampur di nasi gorengnya. Rasanya enak, porsi nasi goreng nya banyak, dagingnya juga banyak ga pelit, kenyang lah makan 1 porsi disini. Kalau menurut saya cita rasa nasi goreng disini lebih ke rasa manisnya ya, layak lah dicoba jika anda sewaktu mampir ke kota Semarang. 1 porsi nasi goreng babat disini seharga 25 ribu.

Makan Malam di Nasi Goreng Babat Pak Karmin

Setelah kenyang saya sebenarnya ingin coba jalan-jalan di kawasan kota lama yang letaknya tak jauh dari warung, tapi kok ya sudah capek habis nyetir, ya udah lah langsung ke hotel aja, jalan2nya besok pagi aja. Kali ini saya menginap di hotel The Gajahmada Capsule, yang berada di Jl. Gajah Mada. Tarif per malamnya murah banget lho cuma 60 ribu aja, harga yang sangat menyenangkan buat traveler ndeso & kere seperti saya 😀 . Fasilitasnya ya seperti hotel capsule pada umumnya, 1 kamar / bungker kecil yang diisi dengan 1 kasur single bed. Menurut saya sih kalau untuk sekedar transit di Semarang, ini sudah sangat nyaman dengan harga semurah itu, fasilitas cukup lengkap, bungker/kamar yg rapi dengan meja lipat & tempat penyimpanan, AC yang dingin & kamar mandi shower. Sementara di lantai bawah ada loker buat menyimpan barang, lobby & restaurant. Setelah buka laptop sebentar cek kerjaan saya istirahat untuk melanjutkan kegiatan besok.

transit di semarang - menginap di capsule hostel gajahmada
Suasana Kamar The Capsule Hotel Gajahmada

Kamis, 23 Desember 2021 jam 6 pagi saya sudah bangun untuk sekedar cuci muka lalu siap2 jalan-jalan pagi & cari sarapan. Jam 6:30 sudah keluar hotel untuk jalan-jalan menikmati suasana pagi kota Semarang sambil sesekali buka PokemonGo untuk cari gym yang bisa ditaklukkan 😀 . Tujuan jalan-jalan saat transit di Semarang pagi ini tentu saja mencari sarapan di Mie Kopyok Pak Dhuwur yang berada di Jl. Tanjung, tak jauh dari penginapan hanya sekitar 700 meter saja. Mie Kopyok adalah salah satu makanan khas Semarang berupa isian Mi kuning, lontong, taoge, tahu, taburan seledri dan kerupuk gendar di atasnya. Mi kopyok ini merupakan salah satu makanan khas kota Semarang yang susah ditemukan di tempat lain. Ciri khas yang membedakan dengan hidangan mie di tempat lain tentu saja krupuk gendarnya yang renyah. 1 porsi mie kopyok + teh manis disini dihargai 15 ribu saja, murah & enak.

Sarapan di Mie Kopyok Pak Dhuwur

Setelah kenyang karena makan full karbo lontong + mie, saya kembali jalan kaki ke hotel untuk bersih2 diri & siap2 checkout. Beres bersih2 badan & packing, saya checkout hotel sekitar jam 8 pagi untuk mulai melajukan mobil jalan-jalan sekitaran kota Semarang. Tujuan pertama adalah kawasan kota lama Semarang. Kota lama Semarang adalah suatu kawasan di Semarang yang menjadi pusat perdagangan pada abad 19-20. Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng Vijfhoek. Untuk mempercepat jalur perhubungan antar ketiga pintu gerbang dibenteng itu maka dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai: Heerenstraat. Saat ini bernama Jl. Let Jen Soeprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini adalah Jembatan Berok, yang disebut De Zuider Por. Lebih lengkapnya bisa dilihat dari sumber ini. Di kawasan ini akan ditemui bangunan2 dengan arsitektur klasik yang menarik untuk di foto. Yang menarik perhatian pertama kali adalah Gereja GPIB Immanuel. Bentuknya yang besar dan bulat membuat gereja ini juga dijuluki Gereja Blenduk. Blenduk sendiri merupakan bahasa Jawa yang artinya menggembung. Tepat disebelah gereja Blenduk terdapat taman Srigunting. Disini anda bisa berfoto dengan hiasan2 klasik seperti sepeda atau becak buatan dengan latar belakang taman hijau dan bangunan megah gereja Blenduk. Tak jauh dari taman terdapat pula Gedung Spiegel, yang saat ini digunakan sebagai bar & resto. Selama menyusuri kota lama ini banyak sekali bangunan-bangunan klasik yang cukup bagus, seperti gedung Marabunta, teater Oudetrap, Semarang Creative Gallery & lain-lain yang bisa diabadikan dengan foto.

Suasana Kota Lama Semarang di Pagi Hari

Kurang lengkap transit di Semarang kalau tidak mencoba lumpia nya. Lumpia adalah makanan yang berisi rebung, telur, dan daging ayam atau udang. Cita rasa lumpia Semarang adalah perpaduan rasa antara Tionghoa dan Indonesia karena pertama kali dibuat oleh seorang keturunan Tionghoa yang menikah dengan orang Indonesia dan menetap di Semarang. Menurut info mbah gugel salah satu lumpia yang legendaris di Semarang adalah Lumpia Gang Lombok, maka saya lajukanlah mobil ke Jl. Inspeksi yang merupakan lokasi toko lumpia tersebut. Tapi sampai sana ternyata zonk, lumpia belum tersedia, dan kalau mau harus menunggu 2,5 jam dulu baru dapat lumpianya, mungkin karena sedang banyak orderan kali ya. Karena takut kemaleman sampai Malang, batal lah saya beli lumpia disini. Saya tak langsung jalan karena melihat ada klenteng yang cukup bagus untuk di foto di sebelah toko lumpia. Akhirnya mampir sebentar ke Klenteng TITD Tay Kak Sie yang berada di sebelah toko lumpia. Tak ada papan informasi apapun disekitar klenteng jadi saya ga bisa memberi penjelasan banyak, dan cuma ambil beberapa foto saja dari klenteng ini.

Klenteng Gang Lombok

Gak dapat lumpia di gang lombok, masih ada lumpia legendaris lain yaitu Lumpia Mbak Lien yang ada di jalan pemuda. Kenapa legendaris? Karena ternyata toko lumpia ini sudah buka sejak 1930 yang pertama dijual oleh pasangan suami istri seorang pemuda asli Tionghoa bernama Tjoa Thay Joe dan gadis Jawa bernama Mbok Wasih. Mbak Lien sendiri adalah keturunan generasi ketiga dari beliau. Lokasinya tokonya di pinggir jalan tapi agak masuk gang sedikit. Untunglah disini sudah buka dan menerima pesanan, dan walaupun pembeli sudah lumayan banyak tapi masa tunggunya ga lama banget sekitar 20 menit saja. Saya memesan masing2 1 lumpia basah & 1 lumpia kering. Basah artinya lumpia tersebut belum digoreng, tapi tetap bisa dimakan karena isian lumpia dan kulitnya sudah matang. Sebaliknya, kering artinya lumpia sudah melewati proses penggorengan sehingga tekstur kulit lumpia lebih krispi. Rasanya pun cenderung lebih gurih dibanding lumpia basah. Baik yang kering atau basah, sama2 mantapnya deh. Rasa gurih kulit & manis rebung + ayam isiannya benar-benar enak, layak dicoba lah kalau lagi ke Semarang. 1 porsi lumpia disini dihargai 18 ribu.

Lumpia Mbak Lien

Setelah selesai beli lumpia lanjut melajukan mobil ke tempat bersejarah landmark Kota Semarang yang wajib dikunjungi jika transit di Semarang yaitu Lawang Sewu. Yang pertama ada dibenak saya mengenai Lawang Sewu adalah angker, karena dulu sering nonton acara ujinyali di TV, dan salah satu tempat uji nyali yang sempat viral ya di Lawang Sewu ini. Apakah benar lawang sewu angker? Nanti kita buktikan setelah sampai sana. Lokasi Lawang Sewu berada di pusat kota, tepat di depan Tugu Muda.

transit di semarang - tugu muda semarang
Tugu Muda di Pusat Kota Semarang

Sekitar jam 10 pagi saya sudah sampai di Lawang Sewu. Dan ternyata gedung ini sama sekali tidak terlihat angker kok, justru cukup ramai & menyenangkan, tapi gak tau deh kalo dateng malem2 & masuk di ruangan tertentu yg ga dibuka untuk umum 😀 . Lawang Sewu adalah gedung bersejarah milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang awalnya digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Nama Lawang Sewu berasal dari julukan yang diberikan oleh masyarakat Semarang. “Lawang” memiliki arti pintu, dan “Sewu” memiliki arti Seribu, sebuah toponim untuk bangunan ini sejak dulu kala karena memiliki jumlah pintu yang sangat banyak. Gedung ini dibangun mulai 27 Februari 1904 dan baru selesai pada Juli 1907. Bangunan pertama yang dikerjakan adalah rumah penjaga dan bangunan percetakan, kemudian dilanjutkan dengan bangunan utama. Setelah dipergunakan beberapa tahun, perluasan kantor dilaksanakan dengan membuat bangunan tambahan di sisi timur laut tahun 1916-1918. Sejarah penggunaan gedung ini adalah pada Juli 1907 digunakan sebagai kantor Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), tahun 1942-1945 digunakan oleh Riyuku Syokoku (Jawatan Transportasi Jepang), tahun 1945 menjadi kantor DKRI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia), tahun 1946 saat agresi militer digunakan sebagai markas tentara Belanda, tahun 1949 digunakan oleh kodam Diponegoro, dan akhirnya pada tahun 1994 gedung ini diserahkan kembali ke kereta api (saat itu bernama PERUMKA yang sekarang menjadi PT. KAI). Secara garis besar gedungnya dibagi 3 bagian, bagian pertama sebagai Ruang Pameran, bagian kedua sebagai Ruang Komersial, dan bagian ketiga sebagai Ruang Informasi Pemugaran & Kantor Pengelola. Penjelasan lebih lengkapnya bisa dilihat di salah satu foto gallery dibawah. HTM untuk masuk ke Lawang Sewu ini cukup 10 ribu saja, dan untuk parkir mobil bisa numpang di gedung Pemkot Semarang yang ada di seberang lawang sewu, gratis tanpa biaya.  

Lawang Sewu

Puas berwisata sejarah di Lawang Sewu lanjut ke tujuan berikutnya yaitu Sam Poo Kong Temple klenteng bersejarah yang berada di Bongsari, Semarang Barat. Sekilas tentang Sam Poo Kong yaitu memiliki nilai yang berkaitan dengan Laksamana Zheng He. Klenteng ini juga berkaitan erat dengan akulturasi kebudayaan Tinghoa dan Jawa. Hal ini dapat terlihat pada arsitektur bangunannya. Asal mula disebut gedung batu karena bentuknya merupakan gua batu besar. Didalam gua itu diletakkan altar serta patung2 Laksamana Zheng He yang diperuntukan sebagai tempat bersembahyang & berziarah. Pada tahun 1946 Laksamana Zheng He sedang berlayar melewati laut Jawa ada awak kapalnya Wang Jing Hoon yang mendadak sakit keras. Zheng He memerintahkan agar membuang sauh di pantai Samongan. Desa Mangkang di Semarang Barat diperkirakan pernah menjadi tempat memperbaiki kapal armada Zheng He, oleh karena itu disebut mangkang yang berarti perahu besar. Gedung Sam Poo Kong yang ada sekarang dibangun di tahun 2002-2005 di masa pembina yayasan Alm. Priambudi Setiakusuma. Gedung ini dibagi 6 bagian utama yaitu: Tempat Pemujaan Klenteng Besar, Tempat Pemujaan Dewa Bumi, Tempat Pemujaan Kyai Juru Mudi, Tempat Pemujaan Mbah Kyai Jangkar, Ponhon Rantai, dan Relief. Lebih detailnya bisa dilihat di salah satu foto gallery dibawah. Untuk untuk berwisata di Sam Poo Kong HTM nya adalah 25 ribu & biaya parkir mobil 10 ribu. 

Suasana Sam Poo Kong Temple

Selesai dari Sam Poo Kong rencananya saya mau kuliner di Tahu Pong Gajahmada. Tapi melihat jam sudah menunjukkan pukul 12:30 saya mengurungkan niat itu karena takut kemalaman sampai Malang. Akhirnya selesai dari Sam Poo Kong langsung saja lanjut perjalanan pulang ke Malang Jawa Timur. Perjalanan kali ini lancar jaya, jalanan ga begitu ramai, bahkan jalan santai saja di jalan tol sering ga berasa tiba-tiba sudah di kecepatan 120-130km per jam saja. Maka dari itu jika anda menyetir di jalan tol Trans Jawa harus selalu fokus, sering2 melihat spidometer, jika dirasa terlalu kencang agak kurangi kecepatan. Di jalan tol sempat mampir bentar di rest area KM 84 tol Pandaan-Malang yang menyajikan pemandangan indah Gunung Arjuna yang berdiri gagah di sebelah barat jalan tol.

Pemandangan Gunung Arjuno di Rest Area KM84 Malang

Akhirnya setelah menempuh perjalanan 6,5 jam sekitar pukul 7 malam sampai juga di home sweet home kampung halaman. Dan ternyata sudah ada penghuni baru yang baru pertama kali bertemu sudah sok kenal saja menyambut di depan rumah 😀 .

Moka si asu yang mokong 😀

Tujuan utama pulang kampung tentu saja adalah untuk ketemu ibuk, adik, dan bersilaturahmi dengan keluarga2 lain di kampung yang sangat jarang sekali ketemu karena jadi perantau, serta nyekar ke makam bapak & keluarga2 lain yang sudah mendahului kita. Dalam suasana yang masih tahun baru ini penulis sekalian ingin mengucapkan “Selamat Natal 2021 & Tahun Baru 2022, Berkah Dalem.”

Merayakan Natal di Gereja St. Yohanes Bosco Dampit, Malang

Di sela waktu pulang kampung yang kebanyakan pergi silaturahmi & menerima tamu keluarga yang datang ke rumah, tentu saja masih ada waktu untuk jalan-jalan mengeksplor tempat-tempat wisata yang kurang begitu terkenal di Kabupaten Malang tapi sebenarnya tempatnya gak kalah bagus dari tempat-tempat yang sudah terkenal. Ulasan mengenai tempat-tempat wisata yang kurang begitu terkenal di Kabupaten Malang, bisa dilihat di tulisan berikutnya 😀 .

Sekian dulu tulisan tentang Transit Di Semarang 5 Jam, Bisa Jalan & Kuliner Kemana Saja? – Semoga bisa sedikit memberikan informasi bagi yang membaca.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *