Solo Traveling Ternate - Pemandangan Danau Tolire Besar

Solo Traveling Ternate & Tidore, Pulau Seribu Benteng Dengan Pemandangan 4 in 1: Gunung, Laut, Danau, Benteng

Solo Traveling Ternate & Tidore, Pulau Seribu Benteng Dengan Pemandangan 4 in 1: Gunung, Laut, Danau, Benteng – Jika dulu waktu sekolah SMP waktu pelajaran IPS pasti sering mendengar tentang Ternate & Tidore yang berada di wilayah Indonesia bagian timur tepatnya di provinsi Maluku Utara. Di jaman dulu 2 kota beda pulau ini adalah salah satu tempat bersejarah karena merupakan salah satu kerajaan Islam yang berada di Indonesia Timur. Sekilas tentang kota Ternate adalah sebuah kota yang berada di bawah kaki gunung api Gamalama di pulau Ternate. Tak jauh di sebelah timur Ternate, terdapat pula pulau Tidore yang dipisahkan oleh pulau Maitara. Dengan luas pulau yang tidak terlalu besar, menurut perkiraan saya cocok untuk dijadikan lokasi solo traveling karena tidak membutuhkan waktu lama untuk mengelilingi kedua pulau tersebut dan jika melihat2 referensi dari Google sepertinya juga akses transportasi & infrastruktur disana sudah sangat memadai. Ditambah lagi dapet tiket PP yang murah cuma 1,9 juta untuk PP, dimana biasanya kalau pesan hari itu juga berangkat rata-rata tiketnya minimal 1,7 juta sekali jalan, ya sudah langsung lah diputuskan untuk dijadwalkan solo traveling Ternate.

Sabtu 27 November 2021, mengawali langkah untuk Solo Traveling Ternate, pagi subuh sudah ngojek ke bandara Halim Perdanakusuma untuk mengejar penerbangan pagi Citilink QG220 yang berangkat pukul 05:20. Di masa pandemi begini syarat mutlak untuk bepergian adalah anda harus vaksin & test covid (antigen untuk yg sudah vaksin 2x, atau PCR untuk yang baru vaksin 1 kali). 2 hal tersebut harus dipersiapkan sebelum bepergian, dan untuk mempermudah saat check in pastikan anda punya aplikasi Peduli Lindungi serta melakukan PCR/Antigen di laboratorium yang terdaftar di Kemenkes, karena nanti anda bisa melakukan check-in mandiri saat di bandara dan tidak perlu ikut antri panjang di counter validasi manual. Sesuai jadwal pesawat berangkat dan selama perjalanan syukurlah cuacanya cerah, jadi tidak harus merasakan goyang2 selama di atas pesawat, mengingat saat ini adalah musim hujan. Perjalanan dari Jakarta ke Ternate membutuhkan waktu sekitar 3 jam 30 menit, dan mendarat di Bandara Sultan Babullah Ternate sekitar jam 11:10.

Solo Traveling Ternate - Tiba Di Bandara Sultan Babullah
Gerbang Bandara Sultan Babullah Ternate

Sesampainya di Ternate, seperti biasa karena saya traveler low budget, di awal perjalanan Solo Traveling Ternate ini saya lanjut berjalan kaki keluar bandara untuk order Gojek menuju tempat sewa motor. Setelah menunggu beberapa menit di luar gerbang bandara akhirnya ojeknya datang dan mengantar saya ke tempat sewa motor. Untuk keperluan transportasi selama Solo Traveling Ternate, saya menyewa motor di Koloncucu Rental / Riswan Homestay, jaraknya sekitar 3 KM dari bandara. Sebenarnya di sini ada penginapan juga, tapi karena saya terlambat pesannya jadinya sudah keiisi semua & saya hanya dapat sewa motor saja. Pemilik rental sekaligus penginapan pak Riswan orangnya ramah, sebelum jalan beliau menjelaskan sekilas tentang Ternate, rekomendasi tempat yang bisa dikunjungi & juga memberikan peta sederhana lokasi2 tersebut. Tarif sewa motor disini adalah 80 ribu sehari dengan pemakaian di pulau Ternate, dan jika ingin dipakai untuk menyeberang ke pulau lain seperti Tidore, dll ada charge tambahan 20 ribu per hari. Akhirnya setelah menyelesaikan syarat2 sewa motor dll, saya mulai jalan-jalannya.

Tujuan pertama pada perjalanan Solo Traveling Ternate kali ini adalah Benteng Tolukko, lokasinya sih tak jauh dari sewa motor, paling hanya 1 KM saja. Benteng Tolukko berada di kelurahan Dufa-dufa sekitar 2KM dari kedaton Ternate, dibangun oleh Fransisco Serao (Portugis) tahun 1540, lalu direnovasi oleh Pieter Both (Belanda) pada tahun 1610. Letaknya yang diatas batu karang kemungkinan untuk memudahkan mengawasi pergerakan Sultan Ternate dan lalu lintas perdagangan di lokasi sekitar. Untuk penjelasan lebih lengkapnya bisa dibaca di salah satu foto yang ada di galery ya. Dari atas benteng ini kita bisa melihat pemandangan laut yang indah, dengan latar belakang pulau Halmahera, Tidore, dan Maitara. Gunung Gamalama sebenarnya juga terlihat dari sini, tapi pas kesana selama 3 hari kok ya hampir setiap waktu puncak gunung tersebut tertutup kabut, mungkin karena lagi musim hujan kali ya 😀 . HTM kesini adalah seiklasnya saja & dimaskukan ke kotak waktu akan kelaur benteng.

Benteng Tolukko

Karena perut sudah mulai keroncongan, setelah selesai dari Benteng Tolukko saya bergegas mencari makan siang. Lokasi yang saya tuju adalah Rumah Makan Popeda Gamalama yang terletak di kawasan pasar Higenis. Warungnya sendiri suasananya cukup sederhana, berada di belakang pasar dan pinggir laut. Menu yang saya pesan tentu saja Popeda, dan juga yang khas dari Maluku Utara yaitu Gohu Ikan. Popeda merupakan bubur kental yang terbuat dari sagu, biasanya digunakan sebagai pengganti nasi di daerah Maluku & Papua. Sedangkan Gohu adalah daging ikan tuna atau cakalang mentah yang dimasak dengan cara menyiramkan minyak panas, dilumuri jeruk cui dan garam, lalu ditaburi tumisan bawang merah, cabai rawit, dan kenari.

Solo Traveling Ternate - Kuliner Gohu Ikan
Gohu Ikan

Untuk rasa Gohu nya mantap banget deh, empuk dan gurih2 asam manis gitu. Dimakan dengan popeda + kuah kuning, nikmat rasanya. Wajib dicoba sih ini kalau ke Ternate. Selain gohu masih banyak juga sebenarnya makanan yang disajikan di warung ini. Untuk harganya lumayan mahal ya, 1 porsi papeda + gohu + pisang rebus uang yang harus disediakan adalah Rp 70.000. Yang bikin mahal sih sepertinya Gohu nya ya, tapi menurut saya masih worth it kok karena rasanya yang enak dan memang makanan khas daerah sini.

Makan Siang di Popeda Gamalama

Selesai makan melanjutkan perjalanan Solo Traveling Ternate dengan langsung kembali tancap gas menuju Ngade. Sebelum sampai sana ternyata jalur yang dilalui melewati landmark pusat kota Ternate. Akhirnya mampir dulu untuk istirahat bentar dan foto-foto. Landmark kota Ternate sendiri berada di bagian timur pulau dan menghadap pantai dengan pemandangan pulau Halmahera di seberang. Tak jauh dari sini juga ada pantai Falajawa. Melihat posisinya yang menghadap timur harusnya sih bisa dijadikan tempat lihat sunrise ya, tapi di musim hujan gini apa bisa dapet? Besoknya lagi aja lah dicoba, sekarang foto2 seadanya dulu aja 😀 .  

Landmark Kota Ternate

Setelah istirahat sejenak di landmark Ternate lanjut lagi perjalanan Solo Traveling Ternate nya . Kali ini tujuannya adalah lokasi uang Rp.1000 . Ya uang 1000 jadul kan gambarnya pantai dengan latar belakang Gunung Tidore & Pulau Maitara. Pantai tersebut ternyata lokasinya adalah di Pantai Fitu yang terletak di bagian selatan Pulau Ternate. Pantainya sendiri sih bukan tempat wisata ya, jadi ya kondisinya apa adanya, jangan harap ada pasir2 yang bisa buat bermain di sekitarnya. Yang dinikmati disini adalah pemandangan melihat kapal2 kecil bersandar atau sedang melaut dengan latar belakang Tidore + Maitara seperti di gambar uang 1000. Untuk masuk ke pantai ini gratis, karena memang bukan tempat wisata melainkan pantai kecil yang ada di belakang pemukiman warga.

Pantai Fitu

Tujuan Solo Traveling Ternate selanjutnya adalah Danau Ngade yang posisinya tak jauh dari Pantai Fitu, bahkan tadi sempat dilewatin saat menuju Pantai Fitu. Namun untuk mendapatkan spot foto pemandangan danau Ngade caranya bukan masuk ke kawasan danaunya yang dibawah ya, tapi rutenya adalah sekitar 25 meter setelah pintu masuk danau, ada jalan desa naik keatas. Ikutin saja jalan itu nanti setelah 1 KM melalui jalan menanjak di kanan jalan akan ketemu Danau Laguna Tangga Seribu. Dari sini terlihat jelas pemandangan indah danau Ngade. Danau unik ini tampak besar dengan air kehijauan, kontras dengan lautan biru di dekatnya. Pemisah danau dan lautan ini hanya sedikit bagian tanah yang menjadi jalan raya. Pepohonan hijau di sekeliling danau menambah indahnya pemandangan yang bisa disaksikan dari atas sini. Di sini juga sudah disediakan fasilitas seperti tempat spot foto dari kayu sebanyak 2 lokasi, sepeda layang, dan ayunan. Ada pula warung jika anda ingin makan atau sekedar minum air kelapa muda. HTM disini adalah 5000 untuk parkir motor + 5000 per lokasi tempat anda foto. Alternatif lain untuk mengambil gambar danau Ngade, anda bisa menuju Villa Ngade, sekitar 600 meter naik lagi dari Tangga Seribu tadi. Cuma disini hanya tersedia warung makan saja dan tempat duduk sederhana untuk menikmati pemandangan danau Ngade. Untuk HTM nya juga sama 5000 motor + 5000 lagi untuk foto.

Danau Ngade

Setelah puas menikmati keindahan alam danau Ngade, saya melanjutkan perjalanan Solo Traveling Ternate dengan kembali lagi ke kota, dan tentu saja mampir dulu ke Benteng Kalamata. Benteng ini berada di bibir pantai kota Ternate tepatnya di jalan Kalamata, kelurahan Bastiong. Benteng ini dibangun tahun 1540 oleh Antonio Pigaveta dari Portugis sebagai benteng pertahanan dalam rangka perluasan daerah kekuasaan Portugis di pulau Ternate. Benteng ini merupakan bangunan berbentuk poligon memiliki 4 bastiong runcing di ujungnya yang dilengkapi sebuah lubang bidik. Pada kelanjutannya benteng ini sempat berganti pemilik / penguasanya, mulai dari Portugis, Spanyol, Belanda, Sultan Tidore, sampai tahun 1843 Residen van Helbeck (Belanda) resmi mengosongkan benteng ini. Untuk penjelasan lebih lengkap bisa dilihat di salah satu foto yang ada di galery ya. Untuk HTM ke Benteng Kalamata gratis alias ga perlu bayar apa2.

Benteng Kalamata

Selesai dari benteng Kalamata saya balik lagi ke kota untuk istirahat sekaligus check in penginapan. Saya menginap di Wisma Aira yang tak jauh dari Kedaton Ternate. Tarif per malam di sini kalau beli di aplikasi 220 ribu, ternyata besoknya pas saya perpanjang 1 hari sama ownernya diinfo cukup bayar 180 ribu saja, dan sama beliau juga disarankan ntar sebaiknya kalo kesini lagi langsung aja ga perlu lewat aplikasi karena lebih murah harganya. Baru sore menjelang malam saya keluar untuk mencari makan malam. Tujuan sebenarnya adalah ke Royal Resto & Hall karena saya mengincar makanan sayur lilin. Tapi pas kesana menu itu ga ada & yang tersedia hanya makanan2 biasa aja yang bisa dijumpai dimana saja. Melihat tempatnya restoran yang elit kemungkinan harganya akan sangat mahal 😀 , makanan yang bisa dijumpai dimana saja, suasana yang biasa aja tanpa ada sesuatu yang unik + makanan khas yang dicari ga ada saya ga jadi makan disitu.

Setelah melihat peta yang diberikan saat sewa motor tadi saya kepikiran untuk pindah saja ke Grand Fatmah. Lokasi restoran ini ada di ketinggian lereng gunung Gamalama, tepatnya di dekat Taman Moya Mabuku yang berjarak sekitar 4 KM dari pusat kota. Untuk menuju kesini jalan yang dilalui lumayan menanjak, tapi jalanannya sudah bagus aspal, kayanya emang seluruh jalan di Ternate & Tidore mau jalan masuk kampung juga sudah aspal bagus semua deh 😀 . Restorannya sendiri sepertinya baru dibangun, karena saya lihat review di Google Map belum ada, tapi karena rekomendasi dari saat tadi sewa motor ya saya coba aja karena kan rekomendasi dari warga lokal ya biasanya rekomended.  Untuk menu makannya memang biasa saja sih, makanan2 pada umumnya seperti nasi goreng, mie goreng, sop daging, dll. Tapi cukup rekomended kok makan disini. Karena memang yang didapat disini adalah pemandangannya. Dengan posisi restoran yang di dataran tinggi dan menghadap timur, kita bisa menikmati suasana malam hari kota Ternate di pesisir pantai. Lampu kelap-kelip kota & lampu kapal tengah lautan menghiasi gelapnya malam cukup memanjakan mata di malam hari. Kalau datang siang hari disini bisa mendapatkan pemandangan indah pulau Halmahera & Tidore, cuma karena saya sudah mendapatkan itu dari puncak Ngade tadi, makanya saya memilih untuk malam saja kesininya.

Suasana Tempat Makan Grand Fatmah

Restoran nya juga bagus tempatnya luas & nyaman. Untuk menu makan malam ini saya memilih nasi goreng Fatmah. Nasi goreng yang mendapatkan toping telur ceplok + ayam fillet bumbu hitam. Ya standar nasi goreng lah, rasanya lumayan enak, porsi banyak bikin kenyang. Harganya lumayan mahal ya 53 ribu untuk 1 porsi nasi goreng + teh hangat. Ya gak apa2 lah sekali2 apalagi mendapatkan pemandangan bagus suasana malam kota Ternate dari ketinggian.

Solo Traveling Ternate - Nasi Goreng Grand Fatmah Resto
Nasi Goreng Fatmah

Setelah kenyang dan puas menikmati suasana malam dari ketinggian saya balik ke hotel untuk istirahat dan melanjutkan jalan-jalan hari esok. Cerita untuk hari kedua dst, lanjut ke halaman berikutnya ya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *