Pagi2 saya sudah pergi dari hotel meninggalkan teman saya yang masih molor untuk menuju Gereja Santa Maria Tak Bernoda Katedral Keuskupan Agung Medan, untuk mengikuti ibadah misa disana.
Misa pagi disini dimulai pukul 06:30. Gerejanya menurut saya tidak terlalu besar untuk ukuran katedral keuskupan, tapi yang khas disini adalah lukisan awan biru dibelakang altar yang jarang ada di gereja-gereja lain. Saat itu misa pagi langsung dipimpin oleh Bapa Uskup Agung Medan: Mgr. Conelius Sipayung.
Setelah selesai misa saya mampir ke sebelah gereja untuk foto taman gereja. Selain taman ada juga gua Maria yang tak jauh disebelah taman.
Taman Katedral Medan
Selanjutnya saya pulang ke hotel untuk sarapan di sana. Layaknya wong ndeso yang jarang makan enak di hotel, sayapun kalap mengambil berbagai macam hidangan yang disediakan dengan porsi yang banyak 😀 .
Selepas sarapan teman saya yang sudah bangun saya ajak untuk menemani jadi gelandangan dengan berjalan kaki menyusuri sekitaran kota. Kami berjalan menuju Istana Maimun yang tak jauh dari hotel.
Istana Maimun merupakan istana peninggalan kerajaan Deli yang dipimpin Sultan Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada tahun 1973. Istana Maimun sempat ditempati oleh 4 Sultan Melayu yang memerintah saat itu. Istana ini dibangun pada tahun 1988 yang diarsiteki oleh TH Van Erp yang bekerja juga sebagai Konijnlijk Nederlands-Indische Leger (KNIL), atau tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Desain bangunannya adalah perpaduan antara Indonesia, Persia, dan Eropa. (sumber artikel)
Suasana Istana Maimun
Selesai dari Istana Maimun kami menyempatkan mampir sejenak ke taman kota yang ada tak jauh dari lokasi. Disini juga berdiri megah masjid agung medan.
Taman Kota Medan
Selesai jalan2 kami kembali ke hotel untuk istirahat sejenak dan siap2 cekout. Berhubung belum beli oleh-oleh saya memesan gojek untuk membeli Bika Ambon Zulaika. Walaupun namanya bika ambon tapi ini kue khas medan lho. Dinamakan bika ambon konon katanya pertama kali makanan ini dijual di Jl.Ambon, Medan. Sekitar jam 11:30 pagi kami cekout dari hotel.
Perjalanan kami berikutnya menuju Durian Ucok, tempat makan durian yang katanya sudah legend dan banyak dikunjungi wisatawan. Kami menuju kesana naik GoCar dan saat dijalan saya sambil nego drivernya agar mau mengantar kami sejenak keliling kota Medan sambil menunggu jadwal penerbangan tentu saja dengan biaya tambahan & beliaunya ternyata mau. Sesampainya di durian ucok tentu saja kami langsung memesan durian. 1 porsi durian disini dihargai 50 ribu. Keunikan disini adalah anda bisa mencicipi duriannya dulu, yang jika tidak enak akan diganti yang lain sampai anda merasa cocok. Bahkan kalo pas makan di tengah merasa kurang enak boleh ditukar. Dari trik ini akhirnya kami yang hanya membeli 2 durian serasa bisa makan 2 + 2/3 duren (kalo ini contoh buruk, sebaiknya jangan di tiru ya 😀 ) . Disini juga menjual durian bungkusan yang dijual dalam berbagai ukuran. Saya beli 3 bungkusan kecil untuk oleh-oleh titipan dari teman di Jakarta.
Durian Ucok
Selesai dari Durian Ucok, kami menuju ke BPK Tesalonika . Sebenarnya warung ini sudah dilewati saat kami berangkat ke Kabanjahe kemarin, tapi berhubung leader rekanan provider kami & sopir beragama Muslim nggak mungkin lah kami ajak makan kesini :D. Disini menjual berbagai macam menu babi. Yang kami pesan tentu saja BPK, Babi Panggang makanan khas Karo. Satu lagi kami mencoba menu saksang, yaitu daging babi yang dicincang kemudian dibumbui dengan bumbu rempah2. Sekilas penampakannya sih mirip bumbu rendang tapi rasanya beda. 1 porsi disini dihargai 25 ribu, sudah termasuk nasi + kuah + sayuran singkong + minum, dan juga beberapa sambal khas batak.
BPK Tesalonika
Kenyang makan babi, saat nya menuju bandara, tapi tentu saja sambil berkeliling kota Medan lebih dulu.
Salah satu tempat yang di lewati adalah monumen tugu Patimpus. Guru Patimpus Sembiring ini adalah tokoh pendiri kota Medan yang berasal dari dataran tinggi Karo yang hidup di sekitar akhir abad 16 dan awal abad 17.
Lanjut lagi perjalanan kali ini melewati landmark kota Medan yaitu menara Tirtanadi. Menara ini adalah bangunan peninggalan Belanda berupa tempat penampungan air setinggi 42 meter, dibangun sekitar tahun 1908 yang mampu menampung air sebanyak 330 ton atau sekitar 1200 meter kubik.
Mobil kembali melaju kali ini menuju ke monumen Raja Sisingamaraja 12. Beliau ini adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berjuang melawan Belanda selama 3 dekade. Beliau lahir di Bakara 18 Februari 1845 dan wafat pada 17 Juni 1907 di Dairi, sempat juga menjadi Raja negeri Toba pada tahun 1876 hingga akhir hayatnya.
Karena hari sudah mulai sore kamipun akhirnya segera menuju bandara, untuk selanjutnya terbang pulang kembali ke Jakarta menggunakan pesawat Lion Air. Petang hari kami sudah sampai di Jakarta, dan mengakhiri perjalanan yang menyenangkan selama 4 hari di Medan.
Sekian tulisan tentang Perjalanan Dinas Medan-Kabanjahe-Sidikalang. Ada Air Terjun Di Tengah Jalan, Nyobain Durian Ucok. Terimakasih sudah membaca 🙂
1 thought on “Perjalanan Dinas Medan-Kabanjahe-Sidikalang. Ada Air Terjun Di Tengah Jalan, Nyobain Durian Ucok”