Menikmati Keindahan Pantai Malang Selatan - Pantai Goa Cina

Pulkam Ke Malang Waktu Lebaran, Menikmati Keindahan Pantai Malang Selatan, Mampir Ke Air Terjunnya Kecamatan Dampit

Pulkam Ke Malang Waktu Lebaran, Menikmati Keindahan Pantai Malang Selatan, Mampir Ke Air Terjunnya Kecamatan Dampit – Mudik adalah hal yang selalu dirindukan oleh para perantau termasuk saya. Jika sebelum2nya saya memilih libur panjang akhir tahun, di tahun ini saya memilih pas Idul Fitri saja untuk mencoba merasakan sensai mudik yang berbeda. Hari Rabu 29 Mei 2019 sekitar jam 9 malam saya bersama teman saya mulai perjalanan pulang kampung menggunakan mobil. Teman saya ini tujuannya hanya sampai Pemalang. Karena saya nanti harus menyetir dari Pemalang-Malang, maka untuk perjalanan dari Pemalang-Malang yang menyetir adalah teman saya.  Layaknya suasana mudik kemacetan parah terjadi sepanjang jalan. Kami yang berangkat sekitar jam 9 malam baru sampai Cirebon sekitar jam 9 pagi saking macetnya sampe mobil beberapa kali ga bisa bergerak. Barulah dari Cirebon menuju Pemalang perjalanan kembali lancar dan sampai di sana sekitar jam 11 siang. Sesampainya di warung milik saudara teman saya ini, saya disuguhi makan siang soto ayam + sate kambing. Emang parah deh saya ini, sudah ngrepotin minta disupirin dari Jakarta-Pemalang eh sampe disana masih disuguhi makan2 enak 😀 .

Soto Ayam & Sate Kambing Pemalang

Sekitar jam 1 siang barulah saya melanjutkan perjalanan menuju Malang. Perjalanan dari Pemalang menuju Malang ini lancar jaya, hanya butuh waktu 7 jam saya sudah sampai Malang. Sekitar jam 8 malam hari Kamis 30 Mei saya sampai di home sweet home. Setelah itu saya banyak menghabiskan waktu di rumah saja.

Baru hari Sabtu 1 Juni 2019 saya ingin jalan-jalan di tempat yang belum pernah dikunjungi tapi di sekitaran Dampit saja. Akhirnya saya memutuskan untuk mencoba mengunjungi Air Terjun Coban Pandawa yang ada di desa Sukodono, masih wilayah kecamatan Dampit tapi berjarak sekitar +/- 15 KM dari pusat kecamatan. Jangan salah walaupun cuma 15 KM jarak tempuh kesana membutuhkan waktu hampir 1 jam, karena jalanannya yang super rusak di tambah banyaknya persimpangan jalan yang membingungkan. Tidak disarankan menggunakan mobil2 city car apalagi sedan kesini, sebaiknya menggunakan motor saja, atau kalau bawa mobil sebaiknya pakai mobil yang tangguh di medan berat dan tentu saja dengan supir yang pro.

Pintu Masuk Coban Pandawa

Untuk menuju air terjun masih perlu jalan kaki sekitar 100 meter dari pintu masuk & parkiran motor/ mobil bayar 5000 saja numpang di rumah warga. Sekilas tentang Coban Pandawa: Pada awalnya air terjun ini memiliki situs bersejarah yaitu peninggalan Belanda berupa pembangkit listrik tenaga air yang dikenal dengan nama Dinamo. Kelompok Sadar Wisata dan perangkat desa setempat sepakat untuk memberi nama Coban Pandawa nama yang diambil dari kisah 5 ksatria, karena coban ini memiliki air terjun berukuran kecil sebanyak 5 tempat. Kalo anda mengharapkan air terjun tinggi seperti di COban Rondo ya jangan banyak berharap, disini air terjun nya kecil2 saja, dan airnya juga sedikit. Saya kurang tahu apakah memang begitu, atau pas saya kesana airnya sedang kecil. Tapi saya cukup puas bisa mengunjunginya karena baru tau ternyata di wilayah kecamatan saya mempunya wisata air terjun 😀 . Semoga wisata ini bisa dikembangkan lebih baik, karena saat ini wisata ini masih minim pengelolaan dan terkesan seadanya saja.

Pemandangan di sekitaran Coban Pandawa

Setelah dari coban Pandawa saya pulang melalui jalan lain, dan hasilnya kesasar sampe mungkin lebih dari 15 KM 😀 . Disini jangan mengharapkan panduan Google Map, ngawur semua hasilnya, mungkin karena signal kurang bagus dan juga saking banyaknya jalan bercabang. Saya mutar2 sampai beberapa kali di tempat yg sama hingga seorang ibu2 yang baik curiga kalo saya kesasar & dipanggilan oleh beliau untuk ditunjukan jalan yang benar. Benar saja akhirnya saya menemui jalan agak besar yg dulu pernah saya lalui di daerah Sumbertangkil jalan menuju pantai Lenggoksono, nyasar yang sangat jauh dari jalan awal.

Desa Sukodono

Hari-hari berikutnya kembali saya banyak menghabiskan waktu dirumah bersama keluarga. Hari Minggu 2 Juni 2019 sepulang dari gereja saya menyempatkan sejenak membeli jajanan kesukaan saya dari kecil yaitu tape. Tape ini terbuat dari singkong yang dicampur ragi, sehingga menghasilkan tape yang empuk dengan rasa yang manis, mantap untuk disantap.

Njajan Tape

Hari Rabu 5 Juni 2019, bertiga: saya, ibuk, adik, berangkat menuju daerah Tumpakrejo untuk mengunjungi Mbok’e (nenek saya / ibu dari alm bapak). Sudah menjadi kebiasaan setiap lebaran, semua keluarga dari alm bapak / mbok’e ini berkumpul untuk doa bersama. Selain itu, setiap pulang kampung saya juga selalu menyempatkan untuk nyekar ke makam beberapa sanak saudara yang sudah meninggal, salah satu kebiasaan baik yang diajarkan oleh alm bapak saya. Selama disana kami juga mengunjungi beberapa sanak saudara lain dari alm bapak yang memang kebanyakan tinggal disana karena beliau dulu lahir disana. Dan ternyata di rumah salah satu keluarga yang mempunyai anjing, anjing2 nya baru melahirkan, tentu saja tangan ini gatal untuk foto anjing2 kecil yang lucu itu dengan tingkahnya yang menggemaskan. 

Anak-anak anjing

Kami menginap sehari di rumah Mbok’e yang ada di Tumpakrejo. Keesokan harinya Kamis 6 Juni 2019, kami pulang kembali ke rumah Dampit, namun dalam perjalanan mampir wisata dulu menikmati keindahan Pantai Malang Selatan. Rute yang dilewati adalah Donomulyo -> Sumbermanjing Kulon -> Jalur Lintas Selatan Malang. Satu hal yang menarik perhatian saya adalah patung babi ngepet yang berdiri didepan tower, terlihat seperti menjaga tower. Entah apa maksud dari pemilik memasang patung ini, mungkin biar tower dan shelter yang ada disana tidak disatroni maling :D.

Patung Babi Ngepet

Pantai pertama yang kami kunjungi di perjalanan menikmati keindahan Pantai Malang Selatan ini adalah pantai Batu Bengkung. Pintu masuk pantai Batu Bengkung ini terlihat dari pinggir jalan lintas selatan. Ciri khas dari pantai ini adalah ombaknya yang besar, namun ada batu karang sepanjang pantai yang menghalangi air laut tersebut, sehingga hanya sedikit saja air laut yang melewati batu karang itu, dan akhirnya terbentuklan kolam alami dari sisa2 air laut yang berhasil melewati halangan batu karang tersebut. Mungkin disebut batu bengkung ya karena keberadaan batu karang itu, cuma saya kurang tau pasti soalnya disana tidak ada papan informasi yang menjelaskan tentang itu 😀 . Di sekitaran pantai juga banyak warung berjualan makanan. Kebanyakan sih jual makanan ikan, tapi pas kesana saya justru memesan nasi pecel, yang memang salah satu makanan kesukaan saya.

Pemandangan Pantai Batu Bengkung

Setelah puas dari pantai Batu Bengkung, perjalanan menikmati keindahan Pantai Malang Selatan selanjutnya adalah menuju pantai Goa China. Tapi sebelum sampai sana saya menyempatkan berhenti sebentar di Jembatan Bajulmati.

Menikmati Keindahan Pantai Malang Selatan - Jembatan Bajulmati
Jembatan Bajulmati

Jembatan ikonik yang berada di jalur lintas selatan malang ini memiliki desain yang unik berbentuk setengah lingkaran dengan panjang jembatan sekitar 90 meter. Jembatan ini membelah sungai yang lebar dengan pemandangan bukit-bukit di sekitarnya. Sedikit yang mengganjal, icon yang harusnya dirawat kok ya malah banyak di corat-coret dan dikotori, wes angel tenan tuturane.

Menikmati Keindahan Pantai Malang Selatan - Sungai Bajulmati
Pemandangan Dari Jembatan Bajulmati

Usai berhenti sejenak di jembatan, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju pantai Goa China. Di pantai ini kalau menurut saya terbagi dari 4 spot yang bisa dikunjungi. Spot pertama adalah pantai di sebelah kanan parkiran. Disini akan disajikan pemandangan laut lepas dengan pasir putih disepanjang pantai.

Spot kedua adalah pantai di sebelah kiri parkiran. Berbeda dengan spot pertama dimana bibir pantai dipenuhi pasir putih, di bagian ini pinggiran pantai lebih banyak bebatuan. Anda bisa melihat hewan2 yang bersembunyi di balik batu, dan juga keindahan batu2 yang ada dibawah air laut yang sangat jernih.

Spot ketiga adalah menaiki bukit yang ada di tengah pantai. Saat menaiki bukit anda akan menjumpai hiasan2 berupa tulisan pepatah atau beberapa lelucon. Spot ini adalah spot terbaik menurut saya, karena dari sini kita bisa melihat lautan lepas secara jelas dengan dihiasi beberapa pulau2 kecil hijau yang berada di tengah2 nya, ya sekilas mirip Miniatur Rajaampat lah (padahal saya belum pernah kesana 😀 ). Selain itu dari sini kita juga bisa melihat seluruh wilayah pantai yang kita kunjungi di spot 1 & 2 tadi, dengan sebelah kanan pantai berpasir putih, sementara di sebelah kiri pantai dengan banyak bebatuan di sekitarnya.

Spot ke keempat adalah gua china nya itu sendiri. Kurang lengkap kalo kesini gak masuk ke dalam gua china yang terdapat di bawah bukit yang tadi kita naiki. Di dalam gua nanti akan disuguhi beberapa stalagtit & stalagmit kecil2 dengan beberapa patung khas kebudayaan Tionghoa. Kenapa pantai ini dinamakan Gua China. Nama ini mulai muncul sejak sekitar tahun 1930, yang mana terinspirasi dari seourang pertapa kebangsaan China, yang bertapa di dalam gua selama bertahun2, hingga pertapa tersebut hilang di dalam gua. Pertapa tersebut meninggalkan wasiat identitas “Hing Hook” sehingga masyarakat sampai sekarang menyebutnya dengan Gua China.

Setelah dari pantai gua china pun kami pulang karena ternyata saudara2 dari Ibuk sudah pada datang ke rumah. Mereka menginap sehari di rumah. Untuk menyenangkan mereka, ibuk mengajak kami keesokan harinya Jumat 7 Juni 2019, saya, adik, ibuk, om, dan beberapa keponakan jalan-jalan ke Boonpring. Total 8 orang yang menuju kesana naik mobil kelas bawah punya saya yang sebenarnya kapasitas maksimalnya cuma untuk 7 orang, menyiksa mobil sih sebenarnya tapi gpp lah sekali2 ini aja sekalian untuk menguji ketangguhan mobil yang biasa cuma diisi single 😀 . Boonpring ini ada di desa Sanankerto kecamatan Turen, kurang lebih sekitar 16 KM dari rumah. Boonpring ini adalah desa wisata dimana didalamnya terdapat banyak pemandangan indah yang bisa dilihat serta beberapa fasilitas yang menunjang aktifitas disana. Dinamai boonpring mungkin karena tempatnya dipenuhi dan dikelilingi pohon bambu yang dalam bahasa Jawa disebut pring. Banyak hal yang bisa didapat disini. Pertama tentu saja pemandangan alam hijau dengan banyak pohon, serta bambu di sekitaran lokasi, dengan susana danau berair bening yang ada di tengah-tengahnya. Anda juga memberi makan ikan yang berada di danau. Jika ingin selfi di monumen, anda juga bisa berfoto di patung singo edan & gorilla yang ada di sini. Selain itu banyak wahana seru lain yang bisa dicoba seperti naik bebek mengelilingi sungai, naik motor atc, paralayang, dan juga terapi ikan untuk kaki, dan masih banyak wahana lain. Untuk anak kecil yang ingin mandi dan berenang juga tersedia fasilitas kolam renang disini. Jika anda lapar, jangan khawatir banyak penjual makanan disini mulai dari snack, minuman atau makanan berat, seperti cilok, bakso, mie ayam, jagung bakar, es krim, dll. Selain itu disini juga banyak pondok dibawah pohon bambu yang teduh yang bisa digunakan untuk sekedar nongkrong menghabiskan waktu. Mantap dah pokoknya.

Pemandangan & Fasilitas di Boonpring

2 hari berikutnya waktu liburan tersisa waktu banyak saya habiskan di rumah saja, sebelum akhirnya kembali lagi menuju perantauan di Jakarta untuk mencari sesuap nasi. Sebenarnya kalo mau eksplore kabupaten Malang banyak sekali sih wisata yang bisa dikunjungi, pantai nya saja kalo mau serius mengunjungi semua, 1 minggu saja belum tentu kelar, belum lagi wisata2 alam atau wisata buatan lain. Tapi tentu saja hal yang paling dicari di waktu mudik lebaran adalah yang utama mengunjungi orangtua, adik, dan bersilaturahmi dengan sanak saudara. Sekian tulisan tentang Pulkam Ke Malang Waktu Lebaran, Menikmati Keindahan Pantai Malang Selatan, Mampir Ke Air Terjunnya Kecamatan Dampit , terimakasih sudah membaca 🙂

 

1 thought on “Pulkam Ke Malang Waktu Lebaran, Menikmati Keindahan Pantai Malang Selatan, Mampir Ke Air Terjunnya Kecamatan Dampit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *