Traveling Wisata Kuliner Pontianak, Merasakan Berdiri Tepat Di Tengah Garis Khatulistiwa, Disini Juga Surganya Kuliner Lho!

Hari kedua memulai hari minggu dengan ibadah terlebih dahulu di Gereja Santo Yoseph Katedral Keuskupan Pontianak. Ibadah misa disini dimulai jam 6 pagi. Sungguh saat pertama melihat gereja ini saya benar-benar kagum akan kemegahannya. Dari bangunan dengan arsitektur katedral yang terkesan kokoh dan megah namun juga dipadukan dengan kultur dayak yang dilambangkan dengan burung kayu di sebelah gereja. Belum lagi interior gereja yang besar dan mewah dengan aksen-aksen emas di sekitaran altar. Menurut saya ini adalah gereja termegah yang pernah saya kunjungi secara langsung.

Gereja Santo Yoseph Katedral Pontianak

Selesai beribadah dan foto-foto gereja, saya mampir sejenak ke pasar PSP yang tidak jauh dari Gereja Katedral. Disini menjual berbagai macam souvenir dan oleh-oleh. Saya cari yang murah-murah aja camilan lidah buaya, coklat CemPon (cemilan pontianak), lempok durian, stik talas dan krupuk amplang untuk oleh-oleh teman di Jakarta.

Oleh-oleh Jajanan Pontianak

Setelah beli oleh-oleh, saatnya untuk mencari sarapan. Salah satu makanan yang mencirikan Pontianak adalah nasi campurnya, dan menurut rekomendasi mbah gugel nasi campur yang khas disini adalah Afu Chicken Rice. Meskipun nama restorannya nasi ayam, tapi ini isi nya campur sama daging babi ya jadi non halal, tapi ga tau sih apakah bisa request ayam saja atau ngga soalnya pas kesana ya saya minta campur. Untuk isiannya tidak jauh beda dengan nasi campur pada umumnya, daging ayam kecap, daging babi samcan, dan juga sosis ditaburi kuah khas nasi campur. Menurut saya sih nasi campur disini enak, kalau dibandingkan dengan nasi campur serupa yang saya makan di Jakarta. Harga kalo tidak salah 1 porsi kemarin sekitar 35 ribuan.

Traveling Wisata Kuliner Pontianak - Nasi Campur Afu
Nasi Campur Afu

Selesai sarapan lanjut ke tempat berikutnya yaitu Rumah Radakng. Untuk biaya tiket masuk kesana tidak ada alias gratis. Rumah radakng ini adalah rumah adat suku dayak. Ciri khas rumah ini adalah bentuknya yang memanjang terbuat dari kayu dan lantai nya berada di atas, sehingga untuk masuk ke rumah ini harus menaiki tangga terlebih dahulu. Oh iya rumah radang disini hanya replika ya secara bentuk luar, adapun rumah ini didalamnya adalah gallery atau ruang serbaguna yang biasa digunakan untuk menampung kegiatan budaya yang dilakukan oleh komunitas setempat. Tepat di sebelah rumah radakng berdiri juga rumah adat melayu dengan ciri khas bangunannya yang ditopang tiang-tiang tinggi dan kolong yang berada dibawahnya. Jadi sekalian kita bisa berkunjung kesana. 

Rumah Radakng dan Rumah Melayu Kalbar

Setelah dari rumah radakng dan rumah melayu saatnya cari jajanan lagi. Kali ini saya ingin mencoba Ce Hu Tiau. Lokasi nya sih warung tenda di pinggir jalan namanya Ce Hun Tiau Ahui. Ce Hun Tiau ini adalah hidangan pencuci mulut ya kalo di Jawa mirip-mirip es cendol dawet. Isinya adalah ce hun tiau yang bentuknya memanjang seperi mie, ketan hitam, kacang merah dengan kuah santan + gula merah + es. Sungguh menyegarkan tenggorokan di tengah suasana kota yang hari itu panas. Harganya murah meriah, kalo tidak salah kemarin harganya sekitar 8 ribuan saja.

Traveling Wisata Kuliner Pontianak - Ce Hun Tiau
Ce Hun Tiau

Seusai dari menyantap ce hun tiau saya balik ke hotel untuk istirahat sejenak dan siap2 checkout. Setelah proses checkout selesai tujuan berikutnya adalah mencari makan siang, dan pilihan makan siang kali ini adalah Bubur Padas Pak Ngah. Berbeda dengan bubur di jawa yang rata2 toping nya ayam, bubur disini justru dominan nya sayur. Kalau menurut saya malah sayuran hijau terus disiram bubur, dengan toping tambahan berupa ikan teri dan kacang yang di letakkan di atasnya. Jujur kalau orang yang kurang suka sayur seperti saya sih kurang cocok ya, tapi ya gpp namanya juga mencoba makanan khas daerah lain. Untuk harga 1 porsi kalo tidak salah sekitar 18 ribuan.

Bubur Pedas Pak Ngah
Bubur Pedas Pak Ngah

Selesai makan lanjut ke tujuan berikutnya yaitu Museum Kalbar. Museum Kalbar merupakan tempat menyimpan benda-benda peninggalan sejarah yang ada di Kalimantan Barat, selain itu juga memajang dan menyimpan miniatur-miniatur kebudayaan Kalimantan Barat. Untuk musium yang bagian dalam ternyata kalau hari minggu tutup jadi saya ga bisa lihat yang sisi dalam. Namun untuk bagian luarnya juga masih banyak hal yang bisa digali kok. Di bagian luar museum terdapat segala macam miniatur rumah adat kalimantan barat, termasuk rumah radakng dan keraton kadriah yang kemarin dikunjungi. Selain itu juga dipajang benda-benda bersejarah lain seperti sandung, miniatur rumah lanting, meriam kuno, dll dengan penjelasan yang bisa dilihat di sebelahnya, sehingga bisa memberikan pengetahuan sekilas tentang sejarah yang ada Kalimantan Barat. HTM gratis karena hanya bagian luar museum saja, ngga tau kalo masuk ke bagian dalam museum bayar atau tidak.

Bagian Luar Museum Kalbar

Melanjutkan perjalanan, sekarang menuju ke Taman Digulis yang ada di tengah kota Pontianak. Layaknya taman kota biasanya, di taman ini terdapat pohon-pohon rindang yang sejuk, serta ada joging track & sepeda mengelilingi taman, dan juga tempat bermain di dalam lokasi taman. Satu yang khas disini adalah tugu bambu kuning yang berdiri gagah di bundaran tengah jalan.

Taman Digulis Pontianak

Setelah sejenak istirahat di taman, saya melanjutkan kuliner untuk mencoba makan pisang srikaya khas Pontianak di Warung Kopi Suka Hati. Pisang goreng yang empuk dengan kriuk tepung ditaburi selai srikaya yang khas, di tambah dengan sambil menyeruput kopi susu. 1 porsi pisang srikaya dan kopi susu habis sekitar 15ribuan saja. Sekitar 45 menitan saya menikmati hidangan sederhana tapi nikmat di sini sambil buka laptop untuk cek kerjaan.

Pisang Srikaya
Pisang Srikaya Warkop Suka Hati

Selepas dari Warung Kopi Suka Hati, perjalanan selanjutnya adalah mencari makanan Lek Tau Suan. Makanan ini banyak dijual oleh penjual gerobakan di sekitar sepanjang jalan Gajah Mada. Lek Tau Suan ini adalah bubur kacang ijo, namun menggunakan kuah yang bening tapi kental, dengan toping cakwe kering yang diletakkan di atasnya. 1 porsi lek tau suan kalo tidak salah kemarin sekitar 12 ribu ya.

Traveling Wisata Kuliner Pontianak - Lek Tau Suan
Lek Tau Suan

Setelah ngemil lek tau suan lanjut untuk membeli kue bingke untuk dijadikan oleh-oleh di Jakarta. Kue bingke adalah kue khas Kalimantan dengan tekstur yang lembut, memiliki rasa manis & berbentuk seperti bintang. Saya membelinya di Bingke Al Fajar dengan harga sekitar 20 ribuan saja. 

Traveling Wisata Kuliner Pontianak - Kue Bingke
Kue Bingke

OK sepertinya sudah cukup puas karena lumayan banyak yang dinikmati, walaupun ada beberapa rencana yang akhirnya belum terkunjungi namun berhubung sudah sore harus segera kembali ke bandara untuk pulang ke Jakarta sambil mampir mengembalikan motor ke rental.

Untuk perjalanan pulang, itenary jadwal perjalanan, & perkiraan biaya lanjut di halaman 3 ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *