Pantai Banua Patra

Tugas Ke Balikpapan, Mampir Ke Pantai Banua Patra, Tapi Gagal Dapat Kuliner Khas Daerah

Tugas Ke Balikpapan, Mampir Ke Pantai Banua Patra, Tapi Gagal Dapat Kuliner Khas Daerah – Balikpapan adalah kota di Kalimantan pertama yang saya kunjungi yaitu di tanggal 10 April 2019. Beberapa waktu sebelumnya saya sudah menyusun rencana untuk menginjakkan kaki di pulau Borneo ini dengan membeli tiket Pesawat ke Pontianak di bulan Mei 2019. Tentu dengan senang hati saya menerima ketika dapat info dari kantor bahwa ada tugas untuk instalasi ke Balikpapan, karena saya bisa menginjakkan kaki pertama kali di Kalimantan lebih cepat.

Hari Rabu pagi 10 April saya sudah di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta karena pesawat akan berangkat jam 6 pagi. Kali ini oleh kantor saya dibeliin tiket pesawat Garuda Indonesia yang merupakan penerbangan paling pagi ke Balikpapan dan juga menyediakan bagasi, karena saya membawa perangkat yang harus diinstal disana. Tentu hal yang menggembirakan, karena kalo traveling pergi sendiri gak mungkin saya beli tiket Garuda yang mahal itu 😀 . Tepat jam 6 pagi pesawat sudah berangkat.

Pantai Banua Patra - Tiket Pesawat Ke Balikpapan
Tiket Pesawat Garuda Jakarta-Balikpapan

Selama di perjalanan tentu saja mendapatkan akomodasi yang bagus, yaitu minuman air putih, segelas kecil jus apel, snack, buah yg dipotong kecil2, dan juga makanan nasi goreng bistik ayam. Tapi saya tidak sempat foto karena takut nyalain HP di pesawat 😀 . Kurang lebih perjalanan di pesawat sekitar 2 jam 30 menit. Sekitar jam 10:30 WITA saya sampai di bandara Sepinggan Balikpapan. Karena waktu itu saya masih belum keranjingan & tau rasa nikmatnya traveling jadi saya belum begitu tertarik foto2, termasuk untuk mengabadikan situasi Bandara Sepinggan ini 🙁 .

Setelah pengambilan bagasi, saya langsung menuju ke Kampung Damai untuk memulai pekerjaan instalasi disana. Balikpapan ini meski cuma kota kabupaten dan bukan ibukota provinsi, tapi kotanya sudah sangat maju, bahkan konon katanya lebih maju dibanding ibukota Kalimantan Timur itu sendiri, Samarinda. Banyak bangunan2 megah, perumahan elit dan juga kawasan perbelanjaan di kota ini. Selesai dari Kampung Damai berangkat lagi menuju Batu Ampar untuk survey penempatan lokasi perangkat dan apa saja yang dibutuhkan. Tidak ada yang istimewa karena pas makan disana cuma dapat ayam goreng yang banyak didapati di Jakarta, satu hal yang cukup menarik bagi saya karena Batu Ampar ini adalah terminal bus antar kota, saya sempat foto bus antar kota Balikpapan-Samarinda. Semoga nanti kalo ada kesempatan bisa coba traveling menaiki bus ini 😀 .

Bus Tujuan Balikpapan-Samarinda ngetem di Batu Ampar

Dari Batu Ampar meski sudah sore masih harus lanjut ke Jl. Ahmad Yani untuk kembali survey lokasi terminasi & material apa saja yang dibutuhkan disana.  Sampai petang saya disana, dan ketika selesai saya kembali ke Kampung Damai untuk check in hotel, saya menginap di hotel Zurich.

Suasana Kamar Hotel Zurich

Istirahat sejenak di hotel, malam2 saya keluar untuk cari makan sekalian jalan2 tipis2. Tujuan saya adalah ke Taman Bekapai, yang saat saya baca2 di mbah gugel adalah taman kota yang bagud di Balikpapan yang ramai dikunjungi dengan adanya atraksi air mancur. Tapi sesampainya disana ternyata zonk, tamannya hanya berupa taman remang2, dan air mancurnya sama sekali tidak berfungsi. Hanya saja memang agak sedikit ramai karena ada beberapa penjual jajanan seprti jagung bakar, nasi goreng dll.

Taman Bekapai Balikpapan

Setelah sebentar menghabiskan waktu di taman Bekapai, saya berjalan kaki menuju ke Sosialita Cita Rasa Nusantara untuk makan malam. Untuk menu makan beratnya saya memesan Soto Banjar yang sebenarnya adalah makanan khas Kalimantan Selatan, tapi gpp lah yang penting sama2 Kalimantan :D. Soto banjar ini berisi kan daging suiran ayam, bihun, irisan telur, perkedel, dengan menu beratnya adalah lontong bukan nasi, yang disajikan dengan kuah yang agak sedikir keruh di sebuah piring. 

Soto Banjar

Sebagai menu tambahan saya juga memesan pisang gapit yang merupakan jajanan khas Kalimantan Timur. Sekilas mirip kolak, tapi beda. Pisang gapit dibuat dari bahan dasar pisang gepok dengan cara pisang dijepit kemudian dibakar, kemudian baru disiram kuah, dimana kuah untuk pisang gapit ini bertekstur kental dan berwarna kecoklatan dengan rasa manis. Untuk rasa dari kedua makanan tersebut menurut saya memuaskan, hanya saja penyajian di restoran ini yang sangat lama yang membuat sedikit bete.

Pisang Gapit

Selesai menyantap pisang gapit saya sejenak jalan-jalan tanpa tentu arah menikmati suasana malam kota Balikpapan. Seperti yang saya informasikan sebelumnya, Balikpapan ini termasuk kota yang maju, banyak mall mewah & pusat perbelanjaan cukup besar disini.

Suasana Malam Kota Balikpapan

Setelah capek jalan kaki akhirnya saya pun pesan gojek kembali ke hotel yang ada di Kampung Damai.

Hari kedua hari Kamis tanggal 11 April 2019, selesai sarapan di hotel, pagi-pagi saya sudah keluar hotel untuk membeli material pekerjaan yang bisa didapatkan disini, sambil menunggu material tambahan yang dibawa teman saya besok pagi dari Jakarta.

Monumen Beruang Madu yang tak jauh dari hotel

Seharian saya menyicil pekerjaan yang bisa dikerjakan duluan sebelum besok dibantu teman saya datang, sehingga belum sempat eksplor jalan-jalan tempat unik di Balikpapan, makan pun juga tidak dapat yang khas sini, dimana hari itu kalo tidak salah saya makan ayam goreng di siang hari dan sate di malam hari. Biar ga terlalu zonk akhirnya pas malam sebelum sampai hotel saya membeli jajanan khas Kalimantan, Amplang. Amplang ini adalah jajanan snack tradisional yang terbuat dari bahan ikan, modelnya seperti kerupuk kakap, tapi bentuknya agak kotak.

Camilan Amplang

Hari ketiga Jumat 12 April 2019 teman saya dari Jakarta sudah di Balikpapan untuk membawakan material tambahan dan membantu pekerjaan. Setelah sarapan di hotel pagi2 kami berangkat ke Batu Ampar untuk menyelesaikan pekerjaan disana terlebih dahulu. Setelah pekerjaan di Batu Ampar selesai sebelum kami berangkat ke Ahmad Yani kami mencari makan siang dulu disekitaran Batu Ampar. Disini terlihat warung sederhana bertembok kayu yang menurut dugaan kami harganya murah karena suasananya yang sederhana bahkan terkesan agak kumuh sehingga kami memilih makan disitu. Kami berdua memilih menu opor ayam. Menurut saya ini sih zonk karena opor ayamnya pedas banget, padahal dari kuah terlihat warna kuning bukan kemerahan layaknya makanan pedas, dimana saya kurang suka makanan yang terlalu pedas karena punya asam lambung. Dan yang lebih zonk lagi 1 porsi opor ayam dihargai 45 ribu. Info dari penjual bahwa itu ayam kampung makanya mahal, tapi tetap saja saya sangat kecewa, karena sudah makanannya pedas, bukan makanan khas Kalimantan, tempatnya juga bukan restoran atau warung yang nyaman, eh masih ditambah harganya mahal banget 🙁 .

Sesudah makan kami bergegas ke Ahmad Yani menyelesaikan pekerjaan disana. Saat di Ahmad Yani saya sebentar menyempatkan foto tugu Adipura yang tak jauh dari lokasi pekerjaan. Dari tugu ini terlihat Balikpapan pernah memenangkan penghargaan Adipura yang merupakan penghargaan kepada kota yang berhasil dalam pengelolaan kebersihan, dimana kalo dari yang saya lihat tulisan disana Balikpapan mendapatkan penghargaan itu tahun 1995,1997,2003-2005.  

Tugu Adipura di Jl. Ahmad Yani

Selesai pekerjaan di Ahmad Yani kami berduapun kembali ke hotel untuk istirahat sejenak untuk malam kembali ke Kampung Damai finishing pekerjaan. Malam-malam kami ke Kampung Damai untuk menyelesaikan pekerjaan. Sebelumnya kami mampir cari makan dulu disekitar situ dan lagi-lagi tidak mendapatkan sesuatu yang khas, akhirnya kami makan nasi goreng.

Hari keempat Sabtu 13 April 2019, semua tugas sudah selesai tinggal pulang ke Jakarta saja. Saya sengaja minta dibelikan tiket agak sore agar bisa istirahat setelah capek bekerja 3 hari, dan tentu saja agar bisa sejenak jalan-jalan di kota ini. Setelah sarapan pagi di hotel karena masih capek baru agak siang kami keluar hotel. Tujuan pertama kami adalah ke pantai Melawai. pantai ini menghadap barat jadi kalo sore hari mungkin bisa jadi tempat yang bagus untuk sunset. Menurut info bahwa disini banyak berjualan beragam makanan, tapi pas kami kesana zonk, pantai sepi, mungkin penjual2 itu baru muncul di sore hari kali ya. Jadinya kami disana hanya nongkrong2 saja melihat kapal berseliweran karena memang pantainya tak jauh dari Pelabuhan Balikpapan.

Suasan Pantai Melawai

Dari pantai melawai kami berjalan menuju Pantai Banua Patra. Pantai Banua Patra ini berada di bagian barat Balikpapan dan posisinya pas di ujung selatan juga, jadi letaknya di pojokan. Hal yang bisa dinikmati disini adalah pemandangan laut lepas, pasir putih, serta bebatuan yang menghiasi sekitarnya.

Spot lain di tempat inia adalah memanjat bukit bebatuan diatas, yang banyak digunakan orang yang hobby memancing mencari ikan buruannya.

Selain itu masih ada spot pantai kecil tersembunyi ang berada di tengah2 bebatuan.

HTM ke pantai ini gratis karena sebenarnya pantai ini terletak di kompleks gedung2 milik pertamina. Dari beberapa pantai yang 1 kompleks ini menurut saya Pantai Banua Patra lah yang paling bagus dan worth it untuk dikunjungi.

Pantai Banua Patra - Kompleks Banua Patra
Kompleks Banua Patra

Puas dari pantai Banua Patra kami berjalan kaki ke sekitaran lapangan Merdeka untuk cari makan siang. Setelah berkeliling2 sekitar tak juga nemu makanan khas, karena teman saya sudah lapar ya sudah akhirnya kami makan siang ayam bakar di salah satu warung tenda disitu. Selesai makan kami jalan2 & berteduh dibawah pepohonan rindang sekitaran lapangan, sambil menikmati jajanan sosis bakar yang sekalian tadi dibeli. Saat teman istirahat di lapangan, saya memilih untuk jalan-jalan saja di sekitaran lapangan menuju Tugu Australia yang berdiri tak jauh dari lapangan. 

Pantai Banua Patra - Tugu Monpera
Tugu Australia

Tugu Australia ini adalah monumen yang dibuat untuk mengenang pertempuran tentara Australia & sekutu melawan Jepang, yang pada saat itu masih menguasai wilayah Indonesia khususnya Balikpapan. Diceritakan oleh papan di monumen, bahwa sekitar bulan 1 Juli – Agustus 1945 tentara Australia & sekutu bertempur untuk memperebutkan pulau Kalimantan dari Jepang. Pasukan sekutu berhasil menghancurkan pertahanan pantai pihak Jepang dan bahkan bisa masuk sampai ke pedalaman Balikpapan sejauh 2 KM. Pertempuran terus berlanjut sampai 2 minggu dengan pasukan Jepang yang berada di garis pertahanan masih dengan gigih menahan serangan pihak Sekutu. Pertempuran baru berakhir pada 14 Agustus 1945, dengan memakan banyak korban dari 2 belah pihak. Oleh karena itu dibangunlah monumen ini untuk mengenang para korban2 dari peperangan tersebut.

Penjelasan Tentang Tugu Australia

Selesai istirahat di lapangan Merdeka, kami berdua kembali jalan kaki menyusuri jalan pinggir pantai ini. Tujuan berikutnya adalah pantai Kemala. Pada waktu kami sana sempat terjadi hujan deras, sehingga kami memutuskan istirahat & berteduh di masjid dalam kompleks pantai. HTM untuk pejalan kaki gratis karena kami tidak ditarik biaya, tapi sepertinya kalo bawa kendaraan harus bayar di gerbang depan ya. Setelah hujan reda kami mulai jalan2 di sekitaran pantai untuk menikmati pemandangan. Pemandangan di pantai Kemala ini tidak sebagus Banua Patra, hanya view laut luas serta pasir putih yang lumayan panjang. Beberapa pohon kelapa juga tumbuh disekitaran pantai tapi tidak banyak. Tapi pantai ini sepertinya dikelola lebih baik daripada Banua Patra. Di sepanjang pantai sudah banyak berdiri anjungan yang bisa digunakan untuk istirahat atau sekedar duduk2.

Pemandangan Pantai Kemala

Setelah dari pantai Kemala, kami berjalan lagi kali ini menuju pantai Monpera yang juga masih sejalur dengan pantai Kemala. Pantai Monpera ini posisinya tepat di depan markas TNI Kodam 6 Mulawarman. Tampak dari jalan patung Jenderal Sudirman berdiri gagah di depan markas TNI.

Pantai Banua Patra - Markas TNI Kodam 6
Markas TNI Kodam 6 Mulawarman di Jl. Jenderal Sudirman, Balikpapan

Monpera sendiri adalah singkatan dari Monumen Perjuangan Rakyat. Monumen ini dibangun untuk mengenang usaha penghalangan oleh masyarakat Balikpapan atas kedatangan tentara Belanda yang memasuki pantai yang mana membuat banyak sekali korban berjatuhan di daerah ini. Untuk taman nya sendiri menurut saya kurang terawat ya agak kumuh, dan pantai nya juga biasa-biasa saja. Tapi disini sudah ada beberapa anjungan pinggir pantai yang dijadikan rumah makan. Selain itu juga banyak pedagang gerobakan yang berjualan di sini. Berhubung sudah sedikit lapar kami berdua memesan mie ayam yang dijual oleh pedagang gerobakan disini.

Suasana Taman & Pantai Monpera

Waktu sudah mulai sore, kami pun segera siap2 kembali ke Bandara. Biar ga terlalu zonk dalam perjalanan ke Bandara kami mampir sebentar ke toko oleh-oleh Bontings yang ternyata lokasinya sebenarnya tidak terlalu jauh dari tempat kami menginap. Saya membeli oleh-oleh khas Balikpapa yaitu Mantau. Mantau ini adalah sejenis roti tanpa isi yang bentuknya mirip bakpau namun tidak memiliki isi  dan ukurannya lebih kecil dari bakpau. Penyajiannya bisa digoreng atau dikukus, dan untuk isiannya kita mengisi sendiri layaknya sandwitch. Jangan khawatir kalau kita beli di Bontings ini 1 paket mantau sudah mendapatkan juga saus kepiting lada hitam, yang nanti bisa dijadikan isian mantau. Setelah dari pusat oleh-oleh kamipun kembali ke bandara untuk kembali ke Jakarta menggunakan pesawat maskapai Lion Air.

Mantau Asli Balikpapan

Memang belum banyak makanan khas atau tempat bagus yang saya kunjungi selama disana, namun saya sudah sangat bersyukur akhirnya keturutan juga bisa merasakan berada di Kalimantan untuk pertama kali, dan tentu saja yang paling penting pekerjaan selesai dengan lancar. Jika seuatu saat ada kesempatan untuk pergi ke Balikpapan lagi tentu saya tidak akan menolak untuk coba nanti mencari sesuatu yg baru yg khas di sini. Satu lagi hal ini meberikan saya pengalaman berharga sehingga di waktu kunjungan2 berikutnya saya mulai belajar untuk sedikit2 menyusun itinerary setiap akan pergi ke luar kota, saya plot2 dulu tempat yang memungkinkan untuk dikunjungi & kuliner apa saja yang bisa didapat. Barangkali ada saran tempat mana & makanan apa yang seharusnya bisa didapat di Balikpapan boleh diinfo di komentar ya 😀 .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *