Itinerary Wisata Ambon dalam 2 hari, ada air terjun tersembunyi & banyak pantai indah yang masih alami

 

Itinerary Wisata Hari Kedua – Explore Banyak Pantai, Air Terjun Tersembunyi, dan Kuliner

Sabtu 20 Mei 2023, jam 06:00 pagi sudah pergi meninggalkan hotel untuk memulai perjalanan di hari kedua. Tujuan pertama pada itinerary wisata Ambon di hari ini adalah ke Bukit Siwang. Meskipun hampir 90 persen pulau Ambon terdiri dari laut, namun ada wisata alam yang terletak di perbukitan Gunung Nona, sehingga memiliki pemandangan yang cukup menawan dari ketinggian. Lokasinya berada di desa Siwang, sekitar 8 KM dari pusat kota Ambon. Hal yang bisa dilihat disini adalah birunya permukaan air laut berpadu secara epik dengan perbukitan yang hijau. HTM untuk kesini sih kemarin saya gratis aja, naruh motor juga gak ditarik biaya sama warga sekitar. Hal menarik yang sempat ditemui disini kemarin, adalah adanya seekor anjing warna coklat yang terus mengikuti saya dari awal pendakian sampai ke bukit, seolah mengawal dan memastikan bahwa saya aman & baik-baik saja selama perjalanan mendaki ke atas. Mungkin dia tau yang sedang mendaki sendirian itu orang baru, yang mungkin belum begitu mengenal medan, ya meskipun mendakinya juga ga jauh-jauh amat cuma 10 menit. Matur suwun yo mas asu, wes dikancani sampek nduwur 😀 .

Bukit Siwang

 

Puas menikmati pemandangan di atas Bukit Siwang, perjalanan dilanjutkan kembali dengan mencari sarapan. Untuk sarapan kali ini adalah di RM Ramayana 2, yang ada di Jl. Sam Ratulangi, Kota Ambon. Disini menyajikan makanan-makanan lokal. Untuk menu yang kemarin dipilih adalah Ikan Asar Cili & Sayur Pepaya. Ikan asar adalah ikan yang diolah & dimasak dengan cara dipanggang namun tidak langsung dia tas api. Lalu disini disajikan dengan bumbu cili rica-rica. Untuk 1 porsi ikan asar cili & sayur papaya kemarin makan disini harganya 25 ribu rupiah.

Kuliner Ikan Asar Cili RM Ramayana
Ikan Asar Cili RM Ramayana 2

Energi sudah terisi penuh, saatnya melanjutkan kembali perjalanan. Tujuan berikutnya adalah Air Terjun Taeno yang berada di Desa Rumah Tiga. Sesampainya di pintu masuk agak ragu sih, soalnya cuma terdapat pos kecil kumuh tanpa penjaga, terus jalan turunnya juga seperti tidak terawat, ditambah lagi tidak ada tempat parkir. Tapi dipikir-pikir sudah jauh-jauh ke Ambon masak ga mau coba, akhirnya nekat dah meski ga ada orang sama sekali & jalur kebawah terlihat meragukan. Untuk menuju air terjun dari pos masuk perlu trekking turun sekitar +/- 20 menit tergantung fisik pengunjung. Disarankan kondisi fisik prima saat kesini karena saat pulang akan menaiki tangga yang sangat terjal dan jalurnya pun terletak di tengah hutan. Akses trekking kebawah tidak terawat, pegangan tangga banyak yang rusak, tangga lumutan jadi harus ekstra hati-hati karena licin terutama saat hujan. Sesampainya dibawah suasana terasa sangat sejuk & asri. Air terjun nya bukan jenis debit air yang besar, tapi air terjun yang menyebar saat menuruni tebing bebatuan besar dengan tinggi mungkin sekitar +/- 25 meteran. Memiliki air yang cukup jernih dengan sungai berwarna biru muda kehijauan yang segar, terdapat banyak bebatuan coklat di sungai, dan dikelilingi banyak pepohonan hijau yang rindang. Pas kesini sama sekali ga ada pengunjung lain, jadi serasa air terjun milik pribadi saja. Sekitar 1 jam menghabiskan waktu disini untuk menikmati suasana alam yang indah dan asri, sebelum nanti siapkan fisik untuk naik tangga yang terjal untuk kembali ke atas 😀 . Karena suasananya yang masih sangat asri dan alami, menurut saya hidden gem yang satu ini wajib untuk anda masukan dalam itinerary wisata Ambon, jika anda suatu saat berencana mengunjungi Ambon.

 

Air Terjun Taeno

 

Setelah istirahat sejenak di pos masuk air terjun, perjalananpun dilanjutkan kembali, dengan tujuan berikutnya adalah Pantai Liang. Pantai ini terletak di desa Liang, kecamatan Salahutu, yang berada di bagian sebelah timur Pulau Ambon. Pemandangan yang bisa didapatkan disini adalah kombinasi hamparan pasir putih, gradasi garis pantai dan laut berwarna biru, serta ombak yang tenang. Sesekali kita juga akan melihat kapal besar melintas, karena memang posisi pantai ini tidak jauh dari Pelabuhan. Suasana alami makin terlihat dengan adanya pohon-pohon rindang yang terdapat di pinggir pantai. Tempat ini bisa digunakan untuk beristirahat usai bermain air. HTM untuk pengunjung yang ingin kesini sebesar 5 ribu rupiah saja.

Pantai Liang

 

Tak terasa sudah tengah hari saja, perjalananpun dilanjutkan kembali dan sudah waktunya cari makan siang. Untuk makan siang kali ini sih ga makan berat, tapi nyobain kuliner kudapan khas dari Ambon yaitu Rujak Natsepa, dimana para penjualnya banyak berjejer di sekitaran Pantai Natsepa. Kalau dilihat dari isiannya sekilas tidak jauh berbeda dengan rujak yang ada di daerah lain, yaitu irisan buah kemudian dituangkan bumbu rujak di atasnya. Keunikan utama rujak ini terletak pada sambal kacangnya yang ditumbuk dengan pola yang kasar dengan gula merah menjadi unsur utama lalu ditambahkan asam, garam & cabai, yang menghadirkan cita rasa manis, pedas dan asam yang bikin nagih. 1 porsi rujak disini dijual seharga 20 ribu rupiah.

Kuliner Rujak Natsepa
Rujak Natsepa

Setelah tadi eksplore sisi timur pulau Ambon, perjalanan selanjutnya berdasar itinerary wisata Ambon yang sudah dipesiapkan adalah coba eksplore sisi barat pulau Ambon dengan tujuan berikutnya adalah Pantai Huluwa. Untuk rute yang ditempuh melewati Teluk Ambon, Bandara Pattimura, Liliboi, Huluwa. Namun sebelum ke pantainya, saya lebih dulu melajukan motor lebih ke arah barat-utara yaitu menuju Batu Layar Larike. Sebenarnya Batu Layar ini bukan tempat wisata sih, tapi lebih ke batu berukuran besar dengan bentuk unik menyerupai layar yang terletak di tepian pantai & pinggir jalan di desa Larike, yang menjadikannya sebagai icon & landmark desa Larike. Berdasarkan pengalaman kemarin, kalau mau datang dan foto-foto disini sebaiknya pagi hari saja, karena kalau sore hari akan dapat backlight, soalnya posisi batu berada di sebelah barat jalan raya.

Batu Layar Larike

 

Selesai mampir di Batu Layar sesuai itinerary wisata Ambon yang sudah dipersiapkan sebelumnya, perjalanan dilanjutkan dengan kembali menuju ke Pantai Huluwa. Pantai Huluwa adalah suatu objek wisata yang terletak di Negeri Wakasihu, Kecamatan Lehitu Barat, Maluku Tengah. Hal utama yang bisa didapat disini ada 2 yaitu: yang pertama adalah pemandangan indah pantai berbatu dengan gugusan batu karang yang unik di sepanjang pantai dan dikelilingi oleh pohon-pohon bonsai yang berumur ratusan tahun. Lalu yang kedua adalah adanya kolam alami dengan air berwarna kehijauan yang terbentuk secara alami oleh sisa ombak air laut yang menabrak bebatuan karang di sekitarnya. Melihat kolam alami di pantai seperti ini mengingatkan saya akan kolam alami yang ada di Pantai Batu Bengkung, Malang, Jawa Timur (artikel tentang wisata pantai di Malang bisa dilihat di sini) & Pantai Tanjung Tinggi, Belitung (artikel tentang wisata ke Belitung bisa dilihat di sini), yang sama-sama terbentuk dari sisa ombak yang terbentur bebatuan di sekitaran pantai. Untuk menikmati keindahan Pantai Huluwa, cukup membayar harga tiket masuk 5 ribu rupiah saja.

Pantai Huluwa

 

Waktu sudah menunjukkan jam 5 sore. Harus segera kembali ke kota Ambon, mengingat untuk akses jalan yang di lalui di bagian barat pulau Ambon ini masih didominasi melewati hutan, banyak jalan rusak dan medannya naik turun berliku-liku. Agak ngeri juga kalo sampe kemalaman di jalan. Baru setelah sekitar jam 5:40 sudah tiba di Bandara Pattimura, akses jalan sudah bagus & lebar dengan suasana yang jauh lebih ramai, saya mulai jalan santai memelankan motor untuk sekedar menikmati perjalanan. Satu spot yang cukup menarik perhatian adalah Patung Fransiscus Xaverius, yang berada di Hative Besar. Santo Fransiscus Xaverius adalah seorang misionaris Katolik yang berasal dari Spanyol yang banyak mengabdikan sebagian besar dari masa hidupnya bagi karya misi di negeri-negeri terpencil. Pada 14 Februari 1546, beliau tiba di Ambon dengan berlabuh di Hative lalu tinggal hingga pertengahan bulan Juni. Setelah itu, beliau mengunjungi pulau-pulau lainnya di Maluku, termasuk Ternate dan Moro. Segera setelah hari raya Paskah tahun 1547, ia kembali ke pulau Ambon, dan kemudian menuju Malaka pada 15 Mei 1547. Misi di Ambon ini menjadi salah satu awal sejarah Gereja Katolik di Indonesia.

Itinerary Wisata Ambon - Patung Fransiscus Xaverius
Patung Fransiscus Xaverius

Melanjutkan perjalanan, ada 1 landmark unik lagi saat tiba di pertigaan Teluk Ambon sebelum melewati Jembatan Merah Putih, yaitu monument Dr. J. Leimena. Beliau adalah salah satu tokoh yang berasal dari Maluku, merupakan Menteri Kesehatan yang pertama, dan menjadi salah seorang yang mampu menjabat posisi menteri di orde lama selama 21 tahun berturut-turut.

Itinerary Wisata Ambon - Patung Dr. J. Leimina
Patung Dr. J. Leimina

Malam hari sudah tiba di kota Ambon lagi, berhubung besok sudah pulang ke Jakarta, tentu harus beli oleh-oleh khas Ambon dulu dong. Buat anda yang sedang di Ambon dan ingin beli oleh-oleh bisa mampir ke Ambon Manise Shop yang berada di Jalan Cendrawasih, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Disini menyediakan berbagai macam oleh-oleh mulai dari snack khas Maluku seperti roti kenari & keripik keladi. Lalu ada juga minyak-minyakan, kaos, kain & baju batik motif Maluku, tas, hingga kerajinan tangan yang bisa dijadikan hiasan rumah. Harganya bervariasi mulai dari yang murah sampai mahal banget juga ada, tergantung isi dompet anda 😀 .

Beli oleh-oleh di Ambon Manise Shop

 

Isi dompet sudah terkuras buat beli oleh-oleh, sebelum kembali ke penginapan saatnya cari makan malam dulu 😀 . Tempat makan malam yang dikunjungi berdasarkan itinerary wisata Ambon yang sudah disusun kali ini adalah Nasi Kelapa Mama Ipa yang berada di depan Masjid Raya Al-Falah. Sekilas nasi kelapa ini mirip dengan nasi uduk Jakarta. Jika Nasi Uduk dibuat menggunakan bumbu sereh, daun salam, daun jeruk, daun garam secukupnya, maka nasi kelapa hanya menggunakan bumbu daun pandan dan daun jeruk. Sementara kalau nasi uduk sering disajikan dengan lauk seperti, empal daging sampai udang atau ayam goreng lalu ditambah sambal kacang, maka nasi kelapa khas Ambon ini akan disajikan dengan ikan bakar. Ikannya akan dibakar setelah pembeli memilih ikan, dan saat matang akan dilengkapi dengan sambal colo-colo khas Maluku. 1 porsi nasi kelapa & ikan bakar colo-colo + 1 kerupuk, kemarin makan disini habis 27 ribu rupiah.

Kuliner Nasi Kelapa
Nasi Kelapa & Ikan bakar colo-colo

Setelah beraktifitas hampir 15 jam dari jam 6 pagi sampai jam setengah 9 malam, saatnya kembali ke hotel untuk beristirahat dan melanjutkan aktivitas di esok hari.

Untuk cerita perjalanan di hari ketiga lanjut langsung klik aja halaman 3 ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *