Kerja Sambil Kuliner Manado - Pemandangan Kota Manado

Kerja Sambil Kuliner, Manado Kota Yang Indah Dengan Kuliner Yang Memanjakan Lidah

Berhubung pekerjaan sudah selesai, jadi hari ketiga ini bisa santai dan hanya menunggu penerbangan siang hari saja untuk pulang ke Jakarta. Hari ketiga Kuliner Sambil Kerja Manado dimulai dengan cari sarapan. Menu yang paling cocok untuk sarapan pagi tentu saja adalah nasi kuning, dan dari info mbah gugel bahwa salah satu rekomendasi tempat makan nasi kuning khas Manado adalah di RM Saroja. Kebetulan lokasinya kok ya pas di sebelah hotel, ya sudah pagi2 langsung keluar hotel untuk sarapan disini. Nasi nya sih kurang lebih sama seperti nasi kuning pada umumnya yang terdapat toping suiran telur, sambal goreng kentang dan bawang goreng. Yang membedakan disini toping nya ada abon ikan, serta serpihan daging sapi nya yang kecil-kecil. Nasi kuningnya enak & pulen, lauknya juga enak, dan yang paling saya suka adalah serpihan daging kecil nya itu, yang ketika disantap diantara nasi kuning rasanya gurih mantap. Untuk porsi nya sih tidak terlalu banyak tapi cukup lah buat sarapan. Harga 1 porsi nasi kuning & aqua gelas adalah 28 ribu, cukup mahal untuk ukuran nasi kuning, tapi masih worth it dengan rasa yang didapatkan.

Kerja Sambil Kuliner Manado - Nasi Kuning Manado
Nasi Kuning Manado RM Saroja

Setelah sarapan saat nya kembali jadi gelandangan. Saya mulai berjalan kaki untuk sekedar berkeliling sekitaran kota. Salah satu hal menarik yang dilewati adalah klenteng Ban Hin Kiong. Kalau berdasar informasi yang saya baca di papan depan klenteng, klenteng ini adalah klenteng tertua di kota Manado yang sudah didirikan sejak 1819. Sempat dibakar oleh orang tidak bertangunggjawab pada 14 Maret 1970, dan akhirnya dibangun ulang pada tahun yang sama. Arti dari Ban Hin Kiong ini kalau menurut penjelasan di sana adalah Istana dengan banyak berkat yang melimpah.

Klenteng Ban Hin Kiong

OK lanjut lagi jalan kaki nya, kali ini melewati pasar 45 yang merupakan terminal angkot. Tepat di dipannya ada sebuah taman kota yang cukup menarik untuk mampir sejenak istirahat. Taman Kesatuan Bangsa, seperti taman pada umumnya terdapat beberapa bangku istirahat, pepohonan rindang, dan air mancur. Sementara yang khas disini adalah adanya patung Dotu Lolong Lasut, yang konon dipercaya sebagai pendiri kota Manado yang awalnya dulu disebut “Tumani Negeri Wenang”.

Patung Dotu Lolong Lasut – Taman Kesatuan Bangsa

Setelah mulai capek jalan kaki akhirnya balik lagi ke hotel untuk istirahat sejenak dan buka laptop sebelum checkout dan siap-siap berangkat bandara. Setelah cekout hotel perjalanan kembali dilanjutkan dengan mencari kuliner. Saya kembali berjalan kaki dari hotel menuju RM Bintang Wajang yang kurang lebih sekitar 1 KM dari hotel. Disini saya mencoba makanan khas lainnya yaitu Biapong. Sebenarnya biapong ini adalah nama lain dari bakpao Manado, bentuk nya juga sama persis yaitu roti putih yang dikukus dengan isian di dalamnya. Yang membedakan dari bakpao tempat lain adalah isiannya yaitu daging babi dengan irisan telur didalamnya. Sambil makan bakpao tentu saja ditemani dengan menyeruput 1 gelas kopi susu untuk menambah kenikmatan. Untuk menikmati 1 porsi biapong dan kopi susu harganya 22 ribu.

Kerja Sambil Kuliner Manado - Biapong Babi
Biapong Babi & Kopi Susu

Karena warung nya menerapkan sosial distance dimana pengunjung warung hanya 50% saja dan diluar terlihat banyak pengunjung lain yang antri saya tidak berlama-lama di RM Bintang Wajang ini. Saya kembali jalan kaki untuk mencari oleh-oleh. Sebelum sampai sana saya berhenti sejenak di depan Gereja Santo Ignatius. Saya kagum dengan bangunan gereja yang begitu besar dan megah untuk ukuran Gereja Katolik di Indonesia yang bukan katedral / gereja pusat keuskupan. Dengan pintu gerbang masuk gereja yang begitu besar dan mewah dan ada patung Santo Ignatius yang gagah berdiri di depannya.

Gereja Paroki Santo Ignatius

Kurang lengkap Kuliner Sambil Kerja Manado kalau belum beli oleh-oleh. Setelah selesai ambil gambar gereja, saya kembali melanjutkan perjalanan ke Klappertaart Christine yang ada di sekitaran Tikala. Disini saya membeli klappertaart untuk oleh-oleh teman di rumah.  Klappertaart adalah salah satu kue khas Manado dengan bahan dasar kelapa, tepung terigu, susu, mentega dan telur dimana resepnya sendiri adalah pengaruh dari zaman penjajahan Belanda, sehingga bentuk dari kue nya mirip-mirip kue-kue yang ada di Eropa. Ada beberapa ukuran kue klappertart ini mulai dari cup, sedang, ataupun besar. Saya membeli beberapa potong yang ukuran cup dengan rasa yang bervariasi, 1 cup harganya 20 ribu.

Oleh-oleh Kue Klappertaart

Selesai beli oleh-oleh tujuan selanjutnya adalah cari makan siang. Karena sebelumnya sudah makan menu ikan dan babi, kali ini saya ingin mencoba menu lain. Saya berjalan kaki menuju RM Bakar Rica yang berjarak hanya 500 meter saja dari toko klappertart. Meskipun disini terpajang beberapa jenis ikan, saya memilih menu ayam bakar rica-rica. Setelah menunggu agak lama hidangan pun tiba, ayam bakar yang sudah sepaket dengan tumisan sayur dan sambal dabu-dabu. Untuk rasanya menurut saya cukup enak, bumbu rica nya cukup meresap ke ayam, dan dagingnya juga tidak keras. 1 porsi ayam bakar rica disini dihargai 33 ribu.

Ayam Bakar Bumbu Rica

Setelah kenyang saatnya menuju bandara untuk pulang ke Jakarta. Untuk transport ke bandara saya memilih menggunakan gojek saja, karena kalo naik angkot lagi takutnya tidak keburu. Dengan pesawat Batik Air akhirnya saya meninggalkan kota Manado untuk kembali ke Jakarta.

Terminal Keberangkatan Bandara Sam Ratulangi Manado

Kunjungan kali ini adalah pertama kalinya saya ke Manado. Kota yang menurut saya sangat rekomended untuk di kunjungi kembali di waktu yang akan datang. Dengan beragam makanannya yang khas & enak-enak, pemandangan alamnya yang indah, transportasinya yang sangat mudah dan terjangkau, fasilitas dan kawasan perbelanjaan yang lengkap, serta kota nya yang tidak terlalu rumit untuk di jelajahi. Satu lagi, cewek disini cantik-cantik, cocok buat cuci mata, walaupun kalo di masa pandemi seperti sekarang, kebanyakan wajahnya tertutup masker 😀 .  Semoga di waktu yang akan datang, berkesempatan untuk mampir ke kota ini lagi.

Untuk itinerary tidak ada ya, karena jadwal fleksibel dengan memprioritaskan selesainya pekerjaan lebih dulu. Sedangkan untuk perkiraan biaya Kerja Sambil Kuliner Manado, saya hanya bisa share untuk biaya makannya saja ya:

Makan siang di Tuna House Wakeke: menu ikan tuna bumbu RW 50.000
Nyemil di Ananas Cafe: menu es brenebon, dan beberapa kue tradisional 37.000
Makan malam di Soto Ko Petrus: menu soto rusuk babi 39.000
Sarapan di RM Wakeke: menu bubur tinutuan & nike 27.000
Makan siang di Angel Fish: menu ikan tude bakar 35.000
Makan malam di Mande Kanduang Padang: menu nasi ikan 23.000
Sarapan di RM Saroja: menu nasi kuning manado 28.000
Makan siang di RM Bakar Rica: menu ayam bakar bumbu rica 33.000
Nyemil di Bintang Wajang: menu biapong & kopi susu 22.000
Total: 294.000

Nah setelah membaca tulisan Kerja Sambil Kuliner Manado Kota Yang Indah Dengan Kuliner Yang Memanjakan Lidah , apakah anda tertarik untuk segera pergi kulineran ke kota Manado?

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *