Hari kedua Kuliner Sambil Kerja Manado dimulai dengan jalan-jalan pagi sekalian cari sarapan. Saya berjalan kurang lebih 2.2 KM dari hotel menuju RM Tinutuan Wakeke untuk menikmati sarapan Tinutuan. Tinutuan adalah bubur khas Manado yang isinya sayur seperti labu kuning, ubi, kangkung, bayam, daun kemangi, dan jagung muda. Ciri khas lain yang membedakan dengan bubur lainnya adalah warnanya yang kuning. Untuk melengkapi hidangan, sebagai lauk tambahan saya memesan Nike, perkedel khas manado yang berbahan ikan. Untuk menikmati menu diatas harga yang harus dibayar sebesar 27 ribu.

Setelah selesai sarapan saya kembali ke hotel untuk istirahat sambil buka laptop cek2 kerjaan remote. Karena males jalan kaki 2.2 KM kali ini saya milih ngangkot saja balik ke hotelnya. Setelah beristirahat sejenak saya keluar hotel sebentar untuk jalan kaki menuju taman God Bless yang tak jauh dari hotel saya menginap. Taman ini berisikan fasilitas seperti lapangan basket, skateboard, dan yang menjadi ciri khas adalah Monumen Yesus Berdoa yang ada di ujung daratan pinggir pantai. Selain itu dari sini kita juga bisa menikmati pemandangan laut dan Pulau Manado Tua, tumbuh2an hijau yang menyelimuti bebatuan, serta melihat bangunan2 kota Manado yang ada di pinggir pantai.
Pemandangan Di Sekitaran Taman God Bless
Selesai dari taman God Bless saya check out hotel, untuk selanjutnya kembali ke Paniki melanjutkan pekerjaan. Skip-skip. Setelah menyelesaikan pekerjaan saatnya melanjutkan Kerja Sambil Kuliner Manado dengan cari makan siang (yang kesorean 😀 ). Dari Paniki saya naik angkot ke Paal Dua untuk menuju Restoran Angel Fish yang tidak jauh dari patung kuda Paal Dua. Menu yang saya pesan disini adalah Ikan Tude Bakar. Info mbah gugel ikan tude ini adalah salah satu kuliner andalan Manado, karena ikan ini cukup banyak hidup di perariran sekitar Manado, dan ikan yang dimasak di restoran ini masih segar karena memesan langsung dari nelayan yang melaut. Sekilas bentuk ikan tude ini mirip2 sama ikan tongkol ya. Dengan tambahan sambal dabu-dabu dan juga sayur tumis membuat sajian makan siang ini makin nikmat. 1 porsi tude bakar ini dihargai 35 ribu.

Karena jadwal pekerjaan berikutnya di Wanea kemungkinan malam, akhirnya saya kembali jadi gelandangan dengan berjalan kaki berkeliling kota. Saya berjalan kaki dari Paal Dua menuju ke Tugu lilin yang berjarak kurang lebih 3.5 KM. Seperti biasa sepanjang jalan asal motret ga jelas beberapa monumen2 yang ada di jalanan 😀 .
Tujuan ke tugu lilin ini sebenernya adalah untuk melihat sunset yang menghadap laut. Konon katanya Tugu Lilin ini dibangun sebagai bentuk simbol kerukunan antar umat beragama yang sudah menjadi hal yang lumrah di Sulawesi Utara yang terkenal akan kerukunannya. Monumen nya sendiri sepertinya sudah tidak buka, dan saya juga tidak masuk ke situ, tapi menuju ke pantai belakangnya untuk melihat sunset.

Untuk pantai nya ya jangan mengharapkan terlalu banyak kenyamanannya karena memang bukan tempat wisata. Disini banyak orang yang hobi memancing menghabiskan waktunya. Sekitar 30 menitan saya disini untuk sekedar menikmati sore, karena sunset nya tidak sempurna soalnya lagi mendung 😀 .

Selesai menikmati sore, saya kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak dan nanti memulai pekerjaan malam. Skip-skip. Selesai pekerjaan sudah cukup malam, tapi karena melewati ya saya berhenti sejenak untuk mengambil gambar kantor gubernur Sulawesi Utara yang ada di sekitaran Wanea. Berhubung warung sudah banyak yang tutup akhirnya makan malam nya zonk, cari yang dekat-dekat hotel dapatnya masakan Padang 🙁 . Selesai makan saya kembali hotel untuk istirahat. Saya menginap di Top Hotel.

Untuk share jalan-jalan hari berikutnya lanjut ke halaman 3 ya.