Kerja Sambil Kuliner Manado - Pemandangan Kota Manado

Kerja Sambil Kuliner, Manado Kota Yang Indah Dengan Kuliner Yang Memanjakan Lidah

Kerja Sambil Kuliner Manado Kota Yang Indah Dengan Kuliner Yang Memanjakan Lidah – Kota Manado adalah ibukota dari provinsi Sulawasi Utara dimana kota ini memiliki garis pantai yang cukup panjang namun juga dikelilingi oleh perbukitan dan barisan pegunungan yang membuat kota ini menjadi indah. Kunjungan saya ke Manado dimulai dari hari Kamis pagi 29 Oktober 2020, dan selama 3 hari berada di sana, untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah di kerjakan di Makassar 2 hari sebelumnya. Pagi hari pesawat Lion Air yang saya tumpangi sudah mendarat di Bandara Sam Ratulangi Manado.

Kerja Sambil Kuliner Manado - Tiba di Bandara Sam Ratulangi
Terminal Kedatangan Bandara Sam Ratulangi Manado

Keluar dari bandara saya langsung pesan gojek menuju daerah Paniki karena pekerjaan dilakukan disana. Skip-skip, langsung saja ke makan siang. Untuk makan siang kali ini lokasi masih di Paniki, yaitu di Tuna House Paniki. Masuk ke dalam restoran saya merasakan tempat yang nyaman dengan aksen kayu dilengkapi beberapa hiasan dan replika ikan. Di rumah makan ini saya mencoba menu Tuna Bumbu RW. Bumbu RW merupakan bumbu kunyit, cabai dan jahe yang dihaluskan secara kasar, di masa lalu biasanya digunakan untuk memasak daging anjing, namun seiring berkembangnya waktu, bumbu ini bisa diaplikasikan di banyak menu makanan lain. Bumbu ini identik dengan rasa pedas dan kaya rempah. Untuk rasa makanan disini menurut saya enak, bumbu meresap ke dagingnya, daging tunanya juga empuk, juga porsinya yang banyak dan mengenyangkan. 1 porsi tuna bumbu RW disini dihargai 50 ribu, tapi puas kok porsi sangat banyak, sayuran kangkung pelengkapnya juga enak, serta tempatnya nyaman.

Makan Siang di Tuna House Paniki

Selesai makan siang, saatnya ke kota Manado, karena pekerjaan selanjutnya akan dilakukan di sekitaran Wanea. Sebenarnya kalo transportasi kerjaan bisa menggunakan grab/gocar jika perlu, tapi karena jiwa kere saya bergejolak, dan karena juga ga diburu waktu juga soalnya pekerjaan berikutnya masih belum ada kejelasan akan dimulai, maka saya pilih untuk naik angkot saja agar bisa merasakan benar-benar sensasi suasana tinggal di kota ini. Angkot disini beda dengan angkot di Jakarta & sekitarnya ya, disini model kursi angkotnya menghadap ke depan semua, dan yang terpenting angkot disini tertib sesuai jadwal, ga ugal-ugalan, dan ga suka ngetem tengah jalan, saya beberapa kali naik angkot disini ga pernah ada yang ngetem lama, kecuali saat di awal terminal keberangkatan saja. 1 kali perjalanan angkot tarifnya 4500 saja.

Suasana Dalam Angkot Kota Manado

Angkot dari Paniki ini berakhir tujuannya di Paal Dua. Kemudian saya oper lagi mencari yang jurusan Pasar 45, karena tujuan saya adalah ke Jembatan Soekarno. Namun belum juga sampai Pasar 45 saya memilih turun dulu untuk mengabadikan titik 0 KM kota Manado. Ya meski monumennya tidak terawat tapi gpp lah diabadikan.

Kerja Sambil Kuliner Manado - Titik 0 KM Manado
Titik 0 KM Manado

Setelah cukup ambil fotonya, saya lanjut jalan kaki dari titik 0 KM ke Jembatan Soekarno yang berjarak kurang lebih 800 meter dari titik 0 KM. Sekilas tentang Jembatan Soekarno, jembatan yang menjadi salah satu Icon kota Manado ini memiliki panjang kurang lebih 1.127 meter yang terbentang melewati teluk Manado. Jembatan ini sebenarnya sudah mulai dibangun dari awal tahun 2003, namun sempat mangkrak dan baru selesai sekitar tahun 2015 dan diresmikan langsung oleh Presiden Jokowi. Faktor penghambat pengerjaan jembatan ini yaitu pembangunannya memerlukan penanganan khusus mengingat kontur tanahnya yang unik dibandingkan wilayah lainnya. Demi menyiasati hal tersebut pihak kontraktor melakukan penguatan dengan menambahkan sejumlah pondasi serta tambahan kabel penyangga. Dengan tingkat kesulitan yang tinggi, membuat biaya pembangunan jembatan ini sangat mahal, kurang lebih sampai menelan anggaran 300 milyar.

Jembatan Soekarno

Pemandangan yang disajikan dari sini indah. Selain dari kemegahan jembatan, di sisi kiri jembatan kita bisa melihat Pulau Manado Tua dengan bukit-bukit yang tinggi di antara lautan, dan dari jarak yang lebih dekat bisa melihat pelabuhan Manado dengan kapal-kapal besar yang bersandar, Tugu Lilin juga terlihat dari sini. Sedangkan di sebelah kanan jembatan anda bisa melihat pemandangan bangunan-bangunan yang berdiri di keramaian kota Manado, sedikit bagian teluk yang juga terdapat kapal-kapal bersandar disini, serta tulisan Welcome To Manado yang meski tidak begitu besar kelihatan juga dari sini.

Pemandangan Dari Jembatan Soekarno

Puas menikmati pemandangan dari Jembatan Soekarno, tujuan selanjutnya adalah spot wajib yang harus dikunjungi ketika berkunjung ke Manado yaitu Patung Tuhan Yesus Memberkati. Untuk lokasinya sendiri berada sedikit di luar kota Manado, dengan jarak yang lumayan jauh sekitar 8 KM dari pusat kota. Letaknya adalah di perumahan Citraland Manado dilewati oleh jalur Manado yang ke arah Tomohon. Karena jauh saya memilih menggunakan gojek untuk menuju kesana. Untuk patung nya sendiri sebenarnya sudah kelihatan dari pinggir jalan karena letaknya diatas bukit.

 

Patung Yesus Memberkati terlihat dari jalan raya Manado-Tomohon

Namun jika anda ingin berfoto di tempat yang memang menjadi spot foto anda perlu terlebih dahulu masuk ke kompleks marketing perumahan Citraland yang berada di kanan jalan. Layaknya perumahan Ciputra yang lain, disini juga terdapat beberapa monumen & patung2 yang menjadi ciri khas perumahan Ciputra Group.

Suasana perumahan Citraland Manado

OK sudah sampai di lokasi spot foto Patung Yesus Memberkati, saatnya mejeng dulu sebentar sebagai bukti kalau memang sudah pernah ke Manado walau cuma jadi gelandangan selama disana 😀 .

Spot Foto Patung Yesus Memberkati

Setelah berfoto di Patung Yesus Memberkati, selanjutnya cari kuliner Manado lagi. Tujuan saya kali ini adalah Cafe Ananas. Yang saya cari disini adalah Es Brenebon yang menurut mbah gugel adalah salah satu kuliner khas Manado yang perlu dicoba. Es brenebon ini terbuat dari bahan utama kacang merah yang dipadukan dalam seporsi mangkok dengan bahan lain seperti es serut, sirup, dan susu kental manis. Selain menjual makanan berat disini juga menjual jajanan2 rumahan Manado lho. Saya memilih untuk mencoba Kue Lampu-lampu & Kue Kopi Minyak disini. Untuk rasa es dan kue nya sih enak dan manis. Harga 1 porsi es brenebon dan 3 kue yang saya nikmati tadi 37 ribu.

Ngemil Es Brenebon & Kue Lampu-lampu + Kopi Minyak

Selesai ngemil, karena belum ada info juga kapan pekerjaan bisa dimulai ya saya jalan-jalan saja tanpa tentu arah berkeliling kota layaknya gelandangan 😀 . Salah satu hal yang menarik perhatian saya adalah Gereja Katedral Manado. Seperti layaknya gereja katedral keuskupan, gereja ini terlihat gagah. Ingin rasanya ikut misa disini seperti kunjungan-kunjungan sebelumnya ke kota lain, tapi tidak memungkinkan karena saya berkunjung tidak di hari Minggu, dan kalaupun pas hari Minggu juga sepertinya tidak bisa karena lagi masa pandemi. Jadinya ya cukup mengabadikan fotonya saja.

Gereja Katedral Keuskupan Manado

Setelah agak capek jalan, akhirnya saya memilih naik angkot lagi, dengan tujuannya kali ini adalah Pantai Malalayang, yang ada di perbatasan kota Manado dengan kecamatan Tateli yang merupakan wilayah kabupaten Minahasa. Pantai Malalayang ini juga merupakan terminal akhir jurusan angkot. Hal yang bisa didapat disini adalah pemandangan laut lepas dengan gunung Manado Tua di tengah-tengahnya, serta banyak penjual makanan gorengan yang berjejer di sepanjang pantai. Kalau anda ingin melihat pasir disini tidak ada ya, karena bibir pantainya merupakan bebatuan. Sesuatu yang lain yang ada disini adalah adanya miniatur 3 salib yang diletakkan di bebatuan yang menjorok ke laut, serta monumen tulisan Manado dalam bentuk ikan yang menunjukan bahwa anda mulai memasuki kota Manado. Untuk sunset laut, anda tidak akan mendapatkannya disini, karena pantai ini menghadap ke utara.

Pemandangan di sekitar Pantai Malalayang

Berjalan kaki sedikit sekitar 800 meter, kita akan menemukan sebuah padang rumput hijau yang asri tepat di pinggir bibir pantai. Sepertinya tempat ini masih baru, karena saya cek di Google Map belum ada namanya, dan tempatnya masih alakadarnya pintu masuk dan pagar masih dari seng. Pemandangan padang rumput hijau ini sekilas mengingatkan saya akan Bukit Teletubbies di Jayapura, tapi ya tentu saja tidak sebagus itu, karena padang rumput disini tidak begitu luas serta kontur tanahnya yang datar. Tapi pemandangan disini juga bagus kok, padang rumput yang berbatasan dengan bebatuan dan air laut sayang untuk dilewatkan. Apalagi kalo diolah oleh fotografer profesional, bisa menjadi obyek yang bagus, karena saya lihat ada beberapa orang yang foto prewedding disini. Kebetulan pas lagi disini habis hujan jadi sempat melihat pelangi meski tidak terlalu besar, dan juga merasakan sunset di sini, tapi dengan view matahari terbenamnya bukan ke laut tapi ke darat saja 😀 .

Padang Rumput Hijau Malalayang

Selesai menikmati sore di Malalayang, untuk mengawali Kuliner Sambil Kerja Manado kali ini saatnya cari makan malam. Untuk makan malam kali ini saya menuju ke Soto Rusuk Ba Ko Petrus yang ada di kawasan Megamall. Megamall adalah salah satu kawasan perbelanjaan di kota Manado yang letaknya pas di pinggir laut. Menu yang saya pesan disini adalah soto rusuk babi. Penampilan makanannya sendiri adalah rusuk babi dengan kuah kaldu babi yang berwarna coklat, dengan tambahan bihun serta taburan daun bawang. Menurut saya sih cukup mantap ini rasanya, daging babi nya empuk bumbu kuah nya juga berasa. 1 porsi soto rusuk babi + nasi dihargai 39 ribu. Setelah kenyang saya menuju hotel untuk check in dan istirahat. Saat itu saya menginap di hotel Oyo Prince.

Kerja Sambil Kuliner Manado - Soto Rusuk Babi
Soto Rusuk Ba Ko Petrus

Untuk share jalan-jalan hari kedua lanjut di halaman 2 ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *