Kuliner 1 Hari Bandung, Meski Cuaca Buruk Tetap Cari Kuliner Murah Sedapatnya – Perjalanan ke Bandung di minggu2 akhir bulan Desember penghujung 2019 ini bermula dari adik saya yang sedang libur kuliah dan pulang kampung ada panggilan internship di salah satu anak perusahaan plat merah di sekitaran Bandung. Ibu meminta saya untuk menemani adik saya selama di hari pertama, untuk memastikan bahwa adik saya benar-benar menuju tempat yang benar, karena pikiran beliau sudah kemana2 hanya karena pemanggilan yang lewat online bukan melalui surat resmi dalam bentuk kertas. Meski panggilan kerja online sebenarnya sudah hal yang wajar, tapi saya memahami kekhawatiran beliau tersebut, karena itu adalah wujud rasa sayangnya orang tua kepada anaknya dan tidak ingin terjadi sesuatu dengan anaknya. Sayapun juga sedikitpun tidak merasa keberatan untuk mengantar adik saya ke tempat internship nya itu.
Setelah menjemput adik saya di stasiun Gambir di pagi hari, karena harus ke kantor dulu baru pada petang hari saya mengantar dia ke Bandung sambil mencoba melalui tol Cikampek layang yang waktu itu baru dibuka. Untuk pemakai mobil kelas bawah yang suspensi nya keras seperti mobil saya, tidak disarankan deh melalui layang ini. Banyak sekali sambungan konstruksi yang lubang nya gak nyaman ketika dilewati, sepanjang jalan jedag-jedug terus padahal kecepata rata-rata maksimal baru 80km/jam, selain gak nyaman juga hal ini kalo sering dilakukan bisa cepat merusak kaki-kaki mobil. Semoga kedepannya bisa diperbaiki oleh pihak yang berwenang. Sampai di Bandung daerah kos adik saya di Dayeuhkolot sudah malam banget, saya sebenernya mau tidur di mobil / masjid kampus saja karena sudah biasa nggembel, tapi karena tidak tega kakaknya tidur di tempat ga jelas, oleh adik saya diantarkan ke asrama kampus untuk menginap disana dengan biaya sewa 100 ribu per malam.
Pagi-pagi kami berangkat dari Dayeuhkolot menuju Gegerkalong karena adik saya internship di salah satu anak perusahaan telekomunikasi plat merah yang berada di Gegerkalong. Setelah memastikan adik saya bertemu pembimbing internship & memastikan dia beneran masuk kantor & mendapat bimbingan, baru saya keluar jalan-jalan di sekitaran Gegerkalong sambil menunggu dia pulang kantor sore nanti. Pas lagi lewat pinggir jalan kok lihat sesuatu yang cukup menarik yaitu penjual lontong kari, kebetulan belum sarapan ya sudah mampir sejenak untuk sarapan lontong kari. Sajian lontong dengan tambahan irisan telur, suiran ayam, beberapa sayuran di siram dengan kuah kari santan yang berwarna kuning sangat cocok sebagai pengisi perut di pagi hari. 1 porsi lontong kari disini seharga 12 ribu saja, untuk rasa menurut saya lumayanlah untuk kelas makanan pinggir jalan.
Selesai menyantap lontong kari saya kembali berjalan kaki seadanya hanya sekedar untuk mendapat jarak sambil menetaskan telur PokemonGO 😀 . Tapi dipikir2 bosen juga kalo cuma jalan kaki disekitaran sini sampe sore, akhirnya saya mengambil mobil dan melajukannya ke kota Bandung untuk sekedar mencari kulineran seadanya. Pas siang hari ternyata cuaca tidak mendukung, hujan deras beserta angin terjadi di siang hari, tapi itu tidak menyurutkan niat saya untuk kulineran.
Tujuan pertama kuliner 1 hari Bandung kali ini adalah mencari cuanki & siomay. Menurut mbah gugel tempat cuanki & siomay yang legend adalah di Cuanki Serayu. Dan benar saja ketika sampai sana warung nya ramai sekali, walaupun masih gerimis setelah hujan deras pengunjung mengantre panjang sampai mengular, lumayan lama saya antre untuk mendapatkan 1/2 porsi cuanki + 1/2 porsi batagor.
Dan ketika makanan itu datang, ternyata cuanki ini adalah nama lain dari Bakso nya bandung. Bentuk dan isiannya hampir sama persis seperti Bakso Malang. Isiannya sama, bakso/pentol, pangsit/siomay goreng, tahu putih & tahu coklat. Sedikit perbedaan dari bakso Malang yang merupakan bakso favorit saya ada pada kuahnya yang lebih tajam dan kekuningan dan juga penyajiannya yang terlebih dulu merebus di dalam kuah semua isiannya termasuk siomay gorengnya sampai siomay nya merekah baru disajikan, selebihnya sama. Kalo ditandingkan dengan Bakso Malang, menurut saya sih masih menang Bakso Malang 😀 . Disebut cuanki sejarahnya dulu karena penjual bakso nya ini memikul gerobaknya sambil jalan kaki, jadi cuanki ini singkatan dari “Cari Uang Jalan Kaki”. Kalo batagor harusnya sudah pada tau lah ya. Bakso, tahu, dan siomay yang digoreng dan disajikan dengan bumbu kacang. Menurut saya rasa cuanki & batagor disini memang enak sih, cocok di lidah, jadi wajar kalo tempatnya rame banget sampe ngantri panjang. 1/2 porsi cuanki + 1/2 porsi batagor disini dihargai masing2 10 ribu.
Setelah dari cuanki serayu saya melajukan mobil menuju Jl. Tubagus Ismain menuju Es Duren Pak Aip. Ini adalah tempat rekomendasi adik saya yang memang kuliah di Bandung, infonya sih memang tempat ini belum terlalu terkenal, tapi layak dicoba karena rasanya yang enak dan harganya yang cukup terjangkau. Lokasi warung ini sedikit tersembunyi karena berada di blok belakang kompleks ruko. Selain es durian yang jadi andalan tempat ini juga menjual berbagai macam es lain, mie ayam, pempek dll. Sesuai namanya tentu saja yang saya pesan adalah es duriannya. Penyajiannya juga tidak neko-neko, hanya beberapa potong durian yang diletakkan diatas bongkahan kecil es batu, dan ditaburi susu, sirup, serta krim2 yang mungkin khas dari tempat ini. Meski tampilannya sederhana jangan salah, rasanya mantap lho. Durennya bener2 legit dan empuk, ditambah rasa sirup dan susunya yang manis menjadikannya semakin creamy dan cocok di lidah.
Selesai menikmati durian saya di WA adik kalau sebentar lagi dia sudah selesai bimbingan di kantor dan mau pulang. Sayapun kembali ke Gegerkalong untuk menjemput adik saya dan mengantarkan dia pulang ke kos di Dayeuhkolot. Dia saya tawarin makan nggak mau karena infonya masih kenyang tadi sudah di ajak makan sama pembimbing kantornya. Akhirnya dia saya ajak ngemil saja di Waroeng Soerabi yang tak jauh dari Gegerkalong. Surabi adalah olahan makanan yang terdiri dari tepung beras yang terkadang dicampur dengan tepung terigu serta santan kental dan parutan kelapa yang dijadikan dalam satu adonan. Setelah adonan siap, maka tinggal dimasak pada sebuah cetakan bulat kecil berupa tungku dari tanah liat. Rasanya sendiri lebih ke gurih serta sedikit manis. Di tempat ini surabi disajikan dengan bermacam-macam toping yang kekinian. Saya memesan surabi coklat keju, sedangkan adik saya memesan surabi keju mayonaise. Rasa surabi disini menurut saya sih mantap, dan dari 2 macam surabi yang dibeli tadi menurut saya lebih enak yang keju mayonaise pilihan adik saya. Harga surabi disini dibanderol antara 10-20 ribuan. Selain surabi disini juga menjual berbagai makanan & minuman lain seperti roti bakar, mie ayam, mie koclok, dll.
Selesai menyantap surabi, saya melanjutkan perjalanan kuliner 1 hari Bandung untuk mengantar adik pulang ke kos. Tapi sebelum ke Dayeuhkolot mampir sejenak ke Paskal Market. Tempat ini merupakan foodcourt yang sangat luas dengan berbagai macam penjual makanan berkumpul disana.
Suasana Paskal Food Market
Menurut adik saya yang khas disini adalah bola ubi nya. Jadinya ya saya beli itu untuk dijadikan camilan nanti pulang ke Jakarta. Jajanan berbahan dasar adonan ubi yang dibentuk bulat kemudian digoreng. Yang unik adalah meski bentuknya bulan tapi tengahnya kopong. Rasanya menurut saya enak sih, rasa khas ubi nya masih berasa, meski di kunyah agak kenyal tapi manis. Oh iya siapkan minuman ya kalo menyantap makanan ini, karena gorengan jadi setelah menyantap bola ubi ini jadi mudah haus.
Setelah mampir sejenak di Paskal Market akhirnya saya mengantar adik saya ke kos untuk kemudian segera kembali ke Jakarta karena sudah malam, karena besok harus kembali kerja.