Pendakian Kawah Ratu Gunung Salak via Pasir Reungit – Bogor biasanya menjadi destinasi wisata bagi warga Jakarta yang ingin berlibur di akhir pekan. Tidak mengherankan, karena memang banyak destinasi wisata di kota & kabupaten Bogor ini. Salah satunya berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Memiliki susasana yang asri dengan banyak pepohonan rindang di sekitarnya, disini terdapat banyak sekali spot wisata, mulai hanya sekedar camping ground, wisata curug, ataupun pendakian. Salah satu yang menarik dan akhirnya kami kunjungi kemarin adalah pendakian ke Kawah Ratu yang terletak di lereng Gunung Salak. Gunung Salak merupakan gunung yang terletak di wilayah antara Bogor dan Sukabumi yang memiliki beberapa puncak, dan yang tertinggi adalah Puncak Salak I dengan ketinggian puncak 2.211 meter di atas permukaan laut. Namun untuk liburan kali ini saya tidak berencana untuk muncak mengingat karena banyaknya pekerjaan sebelumnya membuat saya tidak sempat melakukan persiapan fisik yang layak.
Sebenarnya beberapa bulan sebelumnya ada rencana untuk naik Gunung Slamet di Jawa Tengah, ya karena kesibukan pekerjaan sebelumnya yang membuat waktu latihan fisik sangat terbatas, akhirnya saya membatalkan rencana itu dan menggantinya dengan pendakian yang santai saja tidak terlalu berat medannya. Dan setelah secara tidak sengaja nonton video youtube nya mbak Adinda Thomas tentang pendakian kawah ratu https://www.youtube.com/watch?v=1EEO9R43Ykg kok kelihatannya bagus serta treking pendakian tak terlalu ekstrim, diputuskanlah pergi ke Kawah Ratu saja. Kawah Ratu merupakan bekas letusan Gunung Salak, yang terakhir terjadi pada 1938. Dari letusan gunung ini terbentuk area kawah yang dinamai Kawah Ratu dengan luas sekitar 2 hektar. Sampai saat ini, kawah masih mengeluarkan air dan uap panas serta gas belerang. Kawah Ratu berada di lereng sebelah selatan barat Gunung Salak dengan ketinggian sekitar 1437 mdpl. Secara administratif kawasan ini berada di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kawah Ratu Gunung Salak ini merupakan pendakian ke-3 yang saya lakukan di Kabupaten Bogor, setelah sebelumnya juga sempat mendaki ke Gunung Kencana, yang artikel nya bisa dilihat di sini.
Sabtu pagi 20 Agustus 2022 saya bersama 3 orang teman, kami sudah berangkat dari Jakarta untuk menuju ke Kawah Ratu. Untuk naik ke kawah ratu sendiri bisa melaui 2 jalur pendakian, yaitu jalur pendakian Pasir Reungit Bogor, atau jalur pendakian Cidahu Sukabumi. Waktu itu kami memilih masuk melalu jalur Pasir Reungit. Untuk rute yang ditempuh adalah Grogol – Tol Dalam Kota Jakarta – Tol Jagorawi – Tol Lingkar Luar Bogor – Dramaga – Ciampea – Gunung Bunder – Pintu masuk kawasan Gunung Halimun Salak – Camping Ground Pasir Reungit. Jalan yang dilalui sudah bagus dan cukup layak, hanya setelah melewati pasar Gunung Bunder jalan menjadi sempit, dan disitu melewati pasar tumpah pagi hari, yang membuat sedikit repot buat sopir saat melewati pasar yang ramai dengan jalan sempit, belum lagi harus simpangan dan melewati angkot yang ngetem di pasar yang sudah sangat ramai itu. Sekitar jam 8 pagi setelah menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam kami tiba di pintu masuk kawasan Gunung Salak. Kami berhenti sebentar disini untuk sarapan pagi nasi uduk yang sudah dibeli saat tadi mau berangkat. Untuk masuk kawasan taman nasional gunung Salak HTM nya sebesar 15 ribu per orang + 15 ribu untuk 1 mobil. Disini suasana asri sudah sangat terasa, pemandangan khas pegunungan yang dikelilingi pohon lebat disekitarnya yang mengelilingi. Di sini juga terdapat bangunan perpustakaan kecil yang berisi majalah tentang gunung Salak yang bisa dibaca-baca.
Pintu Masuk Kawasan Gunung Salak via Gunung Bunder
Sudah kenyang, kami melanjutkan perjalanan ke Pasir Reungit yang kurang lebih masih sekitar 5KM lagi, nah disini jalan tidak layak berupa bekas aspal hancur dimulai. Jalanan banyak lubang menganga dan bebatuan besar seperti jalan makadam yang membuat mobil harus berjalan sangat pelan, sehingga jarak 5 KM harus ditempuh dengan waktu hampir sekitar 45 menit. Akhirnya sekitar jam 9 kami tiba juga di parkiran Pasir Reungit, dimana parkiran mobil / motor berada di pinggiran warung sekitar. Setelah menyiapkan sepatu & beberapa logistic kami bersiap naik. Logistik tidak dibawa semua, karena nanti campung ground bawah saja. Untuk pintu masuk pendakian masih perlu naik lagi sekitar 300 meter dari parkiran Pasir Reungit dengan rute jalan berbatu.
Setelah berjalan beberapa menit sampai juga di pintu masuk pendakian Pasir Reungit. Disini seharusnya melakukan registrasi simaksi, dimana 1 orang dikenakan biaya 15 ribu, dan jika anda tidak pernah mendaki sebelumnya, maka diwajibkan mendaki bareng guide disini, dimana biayanya menurut info yang beredar biaya sewa guide disini bisa sampai 300 ribu dan tim kami semua belum pernah ke Kawah Ratu via Pasir Reungit. Namun pada saat itu ada guide dari rombongan lain yang membantu kami yang bilang kami salah satu anggota rombongannya, sehingga kami tak perlu bayar guide lagi dan hanya membayar simaksi saja 15 ribu per orang waktu nanti sudah turun dibawah. Jadilah di awal-awal pendakian kami ikut rombongan tim lain yang jumlahnya sangat banyak itu yang sepertinya dari salah satu rumah sakit di Jakarta, karena saat briefing, guide tersebut berkali-kali menyebut nama pak dokter. Di rombongan ini ternyata juga ikut bergabung ibu-ibu dari Tangerang yang solo hiking yang juga sama guide tersebut dibantu diikutkan di rombongan besar ini. Sekitar pukul 09:30 pendakian Kawah Ratu Gunung Salak via Pasir Reungit kami mulai dari start point pintu masuk Pasir Reungit.
Rute pendakian dari awal starting point sampai nanti ke Kawah Mati melewati hutan belantara, dimana jalur pendakian didominasi tanah bebatuan besar yang keras, jadi sangat disarankan memakai sepatu gunung yang layak saat mendaki ke Kawah Ratu. Di sepanjang jalur ini juga banyak sekali ditemui sumber air dan sungai dengan air jernih yang mengalir, jadi anda tidak perlu takut kehabisan air selama perjalanan mendaki ke atas. Sesekali ditemukan pohon yang sangat lebat dan rimbun membentuk seperti terowongan mini, lalu kita akan berjalan menerobos dibawahnya, sempat juga kami menemui pohon tumbang yang menghalangi jalan pendakian. Selain itu jalur yang dilewati juga beberapa kali berupa sungai dan jalur air, dengan air yang menggenang dan licin, kita harus ekstra hati-hati saat melaluinya, dan sepertinya jalur ini akan sangat sulit dilalui ketika hujan, karena jalur berupa jalur air, dan akan banjir / air menggenang tinggi ketika hujan, tapi syukurlah selama pendakian hujan tak terjadi.
Jalur pendakian menuju Kawah Ratu
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam 45 menit dengan beberapa kali istirahat sebentar, akhirnya sekitar pukul 11:15 kami tiba di sumber air terakhir sebelum sampai ke Kawah Ratu, yang berupa sungai dengan aliran yang tak begitu deras, dengan air yang sangat jernih dan bersih. Saking bersihnya air ini, bahkan bisa diminum langsung dari sungainya. Saya yang sebenarnya agak ragu mencoba minum air disini, dan benar saja rasanya segar sekali, bahkan saya mengambil sampai 1 botol aqua besar untuk diminum nanti. Saya sudah membuktikan air disini aman diminum secara langsung, meski habis minum air mentah 1 botol gede, sama sekali ga sakit perut atau pilek, beda cerita kalo minum air keran mentah di Jakarta 😀 . Jika ingin mengambil air disinilah tempat terakhir, karena setelah ini sudah hampir memasuki kawasan kawah, jadi airnya akan bercampur belerang. Kami beristirahat cukup lama disini, bahkan seorang teman sempet memasak air untuk ngopi sejenak.
Sungai sumber air terakhir sebelum sampai Kawah Ratu
Seusai istirahat cukup lama akhirnya kami melanjutkan perjalanan kembali. Tak sampai 15 menit kami sudah tiba dikawasan Kawah Mati. Di sini sudah berada pas di pinggiran kawah ratu, medan berganti dari hutan belantara, menjadi jalur bebatuan khas kawah gunung, dan bau belerang sudah mulai tercium. Tanjakan terjal dan curam juga dimulai dari sini. Di antara bebatuan tanjakan terjal ini, terdapat pula sebuah monument, yang dibuat untuk mengenang “Supriyadi”, salah satu anggota komunitas pencinta alam “Cadas” yang meninggal saat mendaki ke Kawah Ratu disebabkan menghirup gas beruacun yang dikeluarkan oleh kawah.
Tanjakan menuju Kawah Mati, ada monumen Supriyadi
Lanjut perjalanan, akhirnya kami tiba di puncak Kawah Mati. Sebenarnya bukan puncak sih, karena puncak sebenarnya Gunung Salak itu masih sangat jauh 😀 . Saya sebut puncak karena setelah ini, perjalanan akan turun lagi menuju Kawah Ratu yang berada tak jauh dibawah. Pemandangan disini sudah bagus, dimana kita akan berdiri di atas bebatuan dan pasir putih, lalu terdapat pohon-pohon tanpa daun dibelakang kita. Kami sempat berhenti sebentar untuk ambil foto disini.
Suasana di Kawah Mati sebelum turun ke Kawah Ratu
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit lagi dari Kawah Mati dengan jalur pendakian yang menurun menuju ke bawah kawah, akhirnya tujuan utamapun tiba, yaitu Kawah Ratu. Rasa capek mendaki pun langsung hilang karena disini disuguhi pemandangan yang sangat indah. Bebatuan belerang putih dengan pasir disekitar, kemudian diselimuti kepulan-kepulan asap tebal dimana tingkat belerang cukup tinggi. Kepulan asap ini tidak membuat pandangan tertutup, justru menimbulkan efek yang unik. Dibeberapa titik tempat juga terdapat air belerang berwarna abu-abu yang panas yang keluar menyembur dari tanah. Disarankan memakai masker saat berada di Kawah Ratu, karena bau belerang disini lumayan pekat.
Pemandangan Indah di Kawah Ratu
Video pemandangan asap mengepul di Kawah Ratu
Spot pemandangan indah tidak cuma di kawahnya saja. Tak beberapa jauh setelah menuruni kawah ada spot lain yang tak kalah indah, yaitu aliran sungai air belerang yang berwarna biru tosca. Jika dilihat lebih dekat lagi,maka akan terlihat warna putih kekuning-kuningan di dasar sungai. Warna inilah yang terbentuk dari endapan belerang yang melalui sungai ini. Sungai berwarna biru tosca, mengalir membelah bebatuan, lalu dibelakangnya berlatar gunung dengan asap belerang yang mengepul ke atas, sungguh pemandangan yang memanjakan mata. Kita bisa berendam atau mandi disini, karena airnya juga tidak terlalu panas. Ketika melihat jam saat pertama sampai di sini, jam menunjukkan pukul 12:30, jadi dibutuhkan waktu trekking sekitar 3 jam dari starting point sampai sungai Kawah Putih ini, itu juga sudah termasuk istirahat, berhenti lama di sumber air terakhir, dan foto-foto di Kawah Mati serta Kawah Ratu.
Sungai air belerang di bawah Kawah Ratu
Menikmati pemandangan air sungai belerang
Setelah puas menikmati pemandangan di Kawah Ratu selama kurang lebih 1 jam sekitar pukul 13:30 kami bersiap untuk turun kembali ke basecamp. Peraturan disini memang menghimbau untuk tidak boleh berlama-lama di kawah, karena beresiko menghirup gas belerang, bahkan jika dirasa ada gejala tidak kuat dengan gas, pendaki dihimbau segera turun kebawah secepatnya. Selain itu wisata disini hanya diperbolehkan sampai pukul 3 sore saja, diatas jam tersebut, Kawah Ratu harus kosong, karena setelah jam 3 sore biasanya gas belerang akan semakin pekat dan semakin beresiko mengeluarkan gas-gas beracun yang berbahaya bagi manusia. Perjalanan turun kami lalui secara santai saja, dan sempat beberapa kali istirahat & istirahat cukup lama lagi di sumber air terakhir. Setelah menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam, jam 4 sore kami sudah tiba kembali di camping ground Pasir Reungit. Pendakian Kawah Ratu Gunung Salak via Pasir Reungit untuk yang bagian mendaki sudah terlaksana, tapi masih ada kegiatan lain yaitu berkemah. Kami berhenti sebentar untuk istirahat, lalu ke mobil untuk mengambil logistic dan tenda. Waktu itu hujan gerimis sudah mulai datang, sehingga kami segera bergegas mendirikan tenda, dan benar saja setelah tenda berdiri hujan berubah menjadi deras, tapi masih bersyukur karena hujan deras terjadi saat sudah dibawah, bukan disaat pendakian. Hujan deras terjadi sepanjang malam membuat jami tidak bisa keluar tenda, bahkan kegiatan memasak pun harus dilakukan di dalam tenda 😀 . Karena ga bisa kemana-mana, setelah makan sekitar jam 9 malam semua sudah nggletak mau tidur. Dan ternyata tenda yang kami pinjem ini kondisinya sudah gak layak, bocor & rembes saat kena hujan, jadilah makin lama lantai tenda banjir. Pelan-pelan air meresap ke tikar yang membuat saya gak nyaman dan memilih turun kebawah untuk tidur di mobil saja 😀 , karena saya tipe orang yang kalo tidur harus benar-benar dengan kondisi nyaman baru bisa tidur. Sementara teman-teman yang lain sudah pulas tidurnya sambil ngorok lumayan kenceng 😀 .
Berkemah di Pasir Reungit Camping Ground
Minggu pagi, 21 Agustus 2022, saya sudah bangun dan menyusul teman-teman di tenda. Ternyata mereka sudah bangun, dan menjemur tikar yang tadi malam kebasahan gara-gara tenda bocor. Setelah berkumpul semua dan selesai bersih-bersih badan kamipun mulai memasak untuk sarapan, ya seperti makanan ciri khas ketika di gunung sih, menu utamanya tentu saja Indomie + Telur + Sosis 😀 . Sebagai informasi, untuk berkemah di camping ground Pasir Reungit ini dikenakan biaya sebesar 25 ribu per orang per malam, sudah include tiket masuk ke Curug Ngumpet.
Setelah kenyang saya mengajak teman-teman untuk main ke Curug Ngumpet yang berada tak jauh dari pasir ground. Tapi sepertinya mereka masih capek habis mendaki kemarin, serta ingin nambah waktu tidur, karena gara-gara banjir di tenda kemarin membuat kualitas tidurnya jadi berkurang, jadilah pada mager dan males jalan-jalan lagi. Sayapun jalan sendiri menuju Curug Ngumpet yang berlokasi sekitar 300 meter saja dari lokasi camping.
Curug Ngumpet merupakan salah satu objek wisata di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Air terjun ini menawarkan kesegaran udara hutan rindang di ketinggian 900 mdpl. Air yang mengalir di air terjun ini bersumber dari Gunung Salak sehingga membuatnya terasa segar dan dingin. Air terjun ini tidak terlalu tinggi hanya sekitar 10 meter saja, namun airnya lumayan dingin. Menurut saya kurang cocok disebut curug ngumpet, karena lokasinya tak jauh dari jalan raya, jadi kurang ngumpet / tersembunyi 😀 . Air dari curug ini ya cukup jernih meski gak jernih-jernih banget, mungkin karena habis diguyur hujan tadi malamnya ya. Meski tempat ini cocok untuk mandi dan main air, dimana pas saya kesana juga banyak orang yang mandi di bawah curug, saya memilih untuk tidak berendam karena tidak bawa baju ganti lebih, dan hanya memilih foto-foto, sambil berendam kaki dan menikmati pemandangan air curug yang mengalir terjun kebawah.
Pemandangan air terjun mini Curug Ngumpet
Video menikmati suasana asri Curug Ngumpet
Setelah puas menikmati pemandangan curug saya kembali ke tenda. Kami menghabiskan waktu di tenda dengan cangkruk-cangkruk ringan saja, sambil mendengarkan music, dan menghabiskan sisa-sisa jajan yang dibawa kemarin. Setelah puas camping sekitar jam 12 siang kami pun beres-beres tenda dan pulang lagi ke Jakarta. Untuk rute pulang kami mengambil jalur lain yaitu lewat Pamijahan. Jadi kawasan gunung salak ini ada 2 pintu, yaitu pintu Gunung Bunder dan pintu Pamijahan. Untuk rute lewat pamijahan jalannya ternyata lebih layak, jalur hancur di kawasan gunung salak hanya sekitar ga sampai 1 KM, beda dari saat kami berangkat kemarin. Rute jalan yang dilalui juga sedikit lebih lebar jika dibandingkan dengan rute Gunung Bunder. Jadi rute yang ditempuh untuk jalur pulang ini adalah: Pasir Reungit – Pamijahan – Cibungbulan – Ciampea – Dramaga – Tol Lingkar Luar Bogor – Tol Jagorawi – Tol Dalam Kota Jakarta – Grogol . Setelah menempuh perjalanan sekitar hamper 5 jam, sekitar jam 5 sore kami sudah tiba di Jakarta. Waktu lebih lama dibandingkan saat berangkat disebabkan macet cukup panjang di beberapa titik, terutama di Ciampea sampai masuk tol lingkar luar Bogor, ada perbaikan jalan di jalur Pamijahan-Cibungbulan, serta kami istirahat cukup lama di rest area KM 21 tol Jagorawi. Sedikit saran untuk menuju Pasir Reungit, jika anda membawa mobil SUV / offroad yang bisa dengan mulus melewati jalan rusak berbatu disarankan masuk lewat rute Gunung Bunder saja, karena disini pemandangan lebih indah dan melalui hutan pinus yang bagus untuk dilihat, sementara jika pakai mobil MPV atau mobil kelas bawah seperti saya yang kurang nyaman kalau lewat jalan rusak, sebaiknya lewat pintu masuk Pamijahan saja, karena jalannya sudah lebih bagus dan lebar, serta saat sudah masuk kawasan Gunung Salak jalan rusaknya lebih sedikit saja, tidak sampai 1KM, jauh lebih sedikit jika dibandingkan saat lewat jalur pintu masuk Gunung Bunder, yang jalan rusaknya hampir 5KM.
Kesimpulan dari perjalanan ini, Kawah Ratu sangat layak untuk dijadikan tempat wisata healing menghabiskan akhir pekan, karena memiliki pemandangan yang menawan dan mempesona. Selain itu jaraknya juga tak terlalu jauh dari Jakarta, sekitar 95KM saja, dimana aksesnya juga cukup mudah dijangkau, hanya jalan rusak parah sekitar 5KM saja mendekati lokasi jika anda berangkat melalui jalur Gunung Bunder. Apakah pendakian ke Kawah Ratu cocok untuk pemula? Kalau menurut saya cocok, karena trekkingnya sebagian besar cukup landai, tanjakan curam & terjal hanya di beberapa titik saat mendekati kawah. Namun meski rute trekking tak terlalu lama hanya sekitar 3 jam, kita tetap harus mempersiapkan fisik dengan baik, pakailah sepatu gunung yang layak, karena medannya melewati jalan bebatuan yang keras dan licin, bahkan di beberapa tempat harus melewati jalur air, sungai, dan harus menerabas genangan air yang licin. Meskipun ketinggian hanya dibawah 1500 mdpl, kita tetap tidak boleh meremehkan medan pendakian ke Kawah Ratu, selalu jaga etika dan kesopanan karena ini gunung, dan jangan lupa untuk membawa sampah-sampah yang dibawa kembali ke bawah, jangan buang sampah di gunung, kita jaga alam gunung tetap selalu asri.
Jika anda ingin melakukan pendakian ke Kawah Ratu sambil camping, berikut rincian biaya yang perlu disiapkan berdasarkan pengalaman kami kemarin, dengan catatan kami berangkat 4 orang, dan peralatan pendakian berupa tenda, sepatu, lampu tenda, matras, kompor portable, dll kami sudah punya (jika anda belum punya peralatan mendaki, anda perlu siapkan dana lebih untuk sewa peralatan mendaki):
Keperluan | Biaya |
Pertamax mobil Jakarta – Kawah Ratu PP | 200000 |
Tol Jakarta – Lingkar Luar Bogor PP | 63000 |
Sarapan pagi nasi uduk 4 orang | 50000 |
Logistik untuk camping 1 hari 1 malam 4 orang (air minum, snack, makan & lauk, dll) | 250000 |
HTM Kawasan Gunung Salak @15000 per orang untuk 4 orang & 15000 untuk mobil | 75000 |
Simaksi untuk pendakian naik menuju Kawah Ratu @15000 per orang untuk 4 orang | 60000 |
HTM camping di Pasir Reungit include curug ngumpet @25000 per orang per malam | 100000 |
Biaya parkir mobil di Pasir Reungit menginap 1 malam | 40000 |
Total biaya | 838000 |
Total biaya per orang | 209500 |
Untuk video singkat mengenai pendakian kali ini bisa dilihat di video Tiktok berikut:
@pakdekge Cari tempat hiking yang cocok buat pendaki pemula? Langsung kesini aja. Lokasi tak jauh dari Jakarta, trek pendakian tidak terlalu panjang & terjal, dan pemandangan yang disajikan sangat indah. Bisa dijadikan latihan hiking sekaligus healing. Kawah Ratu, Gunung Salak, Bogor. #CapCut #gunungsalak #kawahratu #cinematic #transition #pendakipemula #hiking #healing #gunungdijakarta #liburanhemat #liburanmurah #wisatabogor #videocinematic #pasirreungit #kawahratugunungsalak #kawahratubogor #mendakigunung #traveling #travel #wonderfullindonesia #visitindonesia #visitbogor #wisataalam #wisatagunung #gunungjawabarat #gununguntukpemula #tipspendaki #pecintaalam #wisatagunungsalak
Nah setelah membaca artikel Pendakian Kawah Ratu Gunung Salak via Pasir Reungit, apakah trek nya cocok untuk pendaki pemula? – Apakah menurut Anda memang kawah ratu ini cocok untuk dijadikan latihan mendaki gunung dan menjadi destinasi berikutnya pendakian gunung Anda? 😀